Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Penanganan Bencana Gunung Semeru belum Terkoordinasi dengan Baik

Bagus Suryo
07/12/2021 22:15
Penanganan Bencana Gunung Semeru belum Terkoordinasi dengan Baik
Presiden Joko Widodo dan Menteri PU-Pera Basuki Hadimuljono di lokasi bencana erupsi Gunung Semeru.(DOK/RUMGAPRES)

 

Penanganan kebencanaan guguran awan panas Gunung Semeru, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur, amburadul, kendati Presiden Joko Widodo sudah
mengunjungi lokasi bencana.

Penanganan bencana sejak Sabtu (4/12) sampai kini belum terkendali mulai data korban, logistik, alat berat, bantuan masyarakat hingga jumlah lokasi pengungsian. Padahal semua itu berkaitan dengan penanganan pengungsi, korban, penyaluran logistik dan kesehatan.

Fakta dan kondisi itu terungkap dalam rapat koordinasi posko tanggap darurat di  Kecamatan Pasirian, Lumajang, Selasa (7/12). Rapat diikuti BNPB, Korem, Kodim dan BPBD Lumajang.

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Lumajang Indra Wibowo Leksana,
alat berat sejak Minggu (6/12) sudah berdatangan ke lokasi bencana. Tetapi, belum ada koordinatornya. Akibatnya, alat berat dari berbagai
institusi itu jalan sendiri-sendiri, sehingga tidak terkoordinasi.

"Nantinya harus ada koordinator. Alat berat datang, dari mana dan yang
mengoperasikan siapa. Belum ada penunjukan personel dan yang bertanggung jawab," tegasnya.

Padahal, endapan materiel vulkanis di daerah aliran sungai Curah Kobokan cukup tebal. Pengaturan dan pembagian tugas diperlukan karena sungai tertutup material vulkanis, sehingga dikhawatirkan saat hujan deras terjadi banjir lahar dingin yang meluber ke perkampungan warga.

"Karena itu koordinator diperlukan meliputi tim pencarian sekaligus
membuat aliran sungai. Itu sebabnya perlu ada perumusan terkait alat
berat, personel dan siapa yang bertaggung jawab," tambah Indra.

Selain itu, pengaturan logistik yang begitu banyak belum terkendali.
Akhirnya upaya pendistribusian masih sulit. BPBD juga minta dukungan pendataan kerugian atau kerusakan rumah, infrastruktur dan lainnya.

"Masyarakat berbagai daerah antusias membantu, tapi data logistik kurang tertib," ujarnya.

Hasil proses pencarian korban meninggal dunia, sampai malam ini, tim Basarnas menemukan 8 orang yang belum teridentifikasi. Total korban meninggal dunia berjumlah 34 orang. Adapun lokasi pengungsian sebanyak 19 lokasi dengan distribusi nasi bungkus sekitar 17 ribu per hari. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya