Masjid Didorong Menjadi Miniatur Terwujudnya SDGs

Bayu Anggoro
25/11/2021 23:30
 Masjid Didorong Menjadi Miniatur Terwujudnya SDGs
Sejumlah warga tengah menunaikan salat di Masjid Salman ITB( ANTARA FOTO/Novrian Arbi)


MASJID di Indonesia perlu didorong menjadi miniatur terwujudnya sustainable development goals (SDGs) di tingkat komunitas.
Untuk itu, asosiasi atau perhimpunan masjid sangat dibutuhkan perannya agar pencapaian SDGs masjid dan komunitasnya mendapatkan dukungan yang terorganisasikan dengan baik.

Ketua YPM Salman ITB, Suwarno, mengatakan, salah satu bentuk dukungan
asosiasi masjid adalah menjadi wadah untuk menyebarkan dan
mengkolaborasikan praktik-praktik terbaik program-program SDGs di antara sesama masjid. Asosiasi masjid diharapkan berperan mendorong anggotanya berkontribusi dalam pencapaian sasaran-sasaran pendidikan maupun ekonomi dalam SDGs.

Suwarno yang juga guru besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
(STEI) ITB ini menyebut, pihaknya sudah menggelar Seminar/Webinar Ilmiah Masjid (S/WIM) III 1443 H/2021 M, yang diselenggarakan Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) bekerja sama dengan Masjid Salman ITB pada Sabtu-Minggu, 20-21 November 2021.

Acara yang diikuti lebih kurang 400 orang peserta ini mengangkat tema
besar: Mendorong Peran Masjid dalam Pencapaian Sustainable Development
Goals (SDGs) di Indonesia: Skenario & Strategi Pasca Pandemi Covid-19.

"Seminar/Webinar Ilmiah Masjid adalah kegiatan yang telah dilaksanakan
rutin setiap tahun oleh AMKI sejak 2019 bekerja sama dengan Yayasan
Pembina Masjid (YPM) Salman ITB. Pada tahun ini, acara turut didukung Program Pendidikan Karakter Pancasila Universitas Tanjungpura, Majalah Mata Air, Rumah Amal Salman, Wakaf Salman dan Studia Humanika Salman ITB," kata Suwarno.

Menurutnya, Isu SDGs diangkat sebagai tema seminar pada tahun ini karena melihat kondisi pencapaian target SDGs Indonesia yang semakin
memprihatikan sejak pandemi covid-19 mendera dunia dua tahun terakhir. Hal itu antara lain terlihat dengan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP)
Indonesia yang stagnan bahkan memburuk.

"Misalnya, BPS pada Juli 2021 merilis persentase penduduk usia muda
Indonesia tanpa kegiatan (Not in Employment, Education or Training—NEET) sebesar 24,28%. Ini berarti, nyaris 1 dari 4 pemuda usia produktif di Indonesia, bukan saja tidak bekerja melainkan juga tidak melakukan apa-apa," katanya.

Dalam aspek pendidikan, angka partisipasi sekolah di perdesaan kurang
dari 20%. Di sisi lain, angka dispensasi pernikahan usia dini sepanjang
Covid-19 mencapai 64 ribu kasus.

Angka-angka IPP yang memprihatinkan tersebut, tentunya semakin
memperlemah produktivitas bangsa ini. Hal ini antara lain diindikasikan
oleh stagnannya pertumbuhan ekonomi Indonesia (middle income trap) di
angka l.k. 5% sejak 2011, dan bahkan sempat menyentuh minus 2,03% pada
tahun 2020.

"Padahal Presiden Jokowi telah mencanangkan Visi Indonesia Emas pada
tahun 2045. Saat itu, pertumbuhan ekonomi nasional diharapkan mencapai
minimal 7%," tambah Suwarno.

Produktivitas yang mendorong pertumbuhan ekonomi hanya dapat tercapai jika pembangunan ekonomi berjalan selaras dengan pembangunan manusia dan pelestarian alam.

Keselarasan ini dikenal sebagai prinsip People-Prosperity-Planet dalam
wacana SDGs. Webinar Ilmiah Masjid III diharapkan dapat menjadi ajang
berbagi gagasan maupun pengalaman kegiatan berbagai masjid, khususnya
dalam konteks pencapaian SDGs di atas.

Lebih jauh lagi, seminar Ilmiah yang menjadi kegiatan rutin tahunan AMKI ini diharapkan menjadi wadah menumbuhkan dan mengasah budaya intelektual di kalangan para aktivis dan takmir masjid. "Tanpa budaya intelektual yang kokoh, tidak mungkin peradaban Islam akan kembali bangkit dan bersemi," ujar Suwarno.


Dia menyebut, seminar Ilmiah rutin ini diharapkan dapat berkontribusi
menghasilkan rekomendasi-rekomendasi bagi umat dan bangsa dalam
menghadapi masa depan.


"Masyarakat dunia termasuk Indonesia tengah berhadapan dengan gejala Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity (VUCA) dalam berbagai aspek kehidupan. Masjid-masjid kampus perlu berkontribusi menghasilkan pemikiran-pemikiran untuk menghadapi hal ini," tambah  Prof Hermawan K Dipojono, Ketua Umum AMKI yang juga Ketua Senat Akademik ITB.

AMKI sebagai penyelenggara kegiatan seminar/webinar ilmiah masjid adalah organisasi perhimpunan masjid-masjid kampus se-Indonesia yang berdiri pada 2004. Asosiasi ini berdiri sebagai hasil kesepakatan Kongres Masjid Kampus I di Masjid Salman ITB pada 29-30 Mei 2004.

Saat ini, AMKI beranggotakan sekitar 200 masjid dari berbagai kampus PTN maupun PTS di seluruh Indonesia.  Program-program AMKI utamanya berfokus  pada pembinaan kepemimpinan di tengah generasi muda kampus, serta pengelolaan dan pemberdayaan masjid-masjid di kampus agar lebih
bermanfaat bagi masyarakat luas.

Masjid Salman ITB sebagai mitra utama AMKI dalam penyelenggaraan
Seminar/Webinar Ilmiah Masjid, adalah masjid kampus pertama di
Indonesia. Sejak berdiri pada 28 Maret 1963, masjid kampus ITB ini telah membina para aktivis-aktivis muda yang kemudian terjun dalam aneka kegiatan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

Aneka model kegiatan maupun produk telah digulirkan Salman ITB dalam
kaitannya dengan SDGs. Misalnya, Ventilator Indonesia (Vent-I) yang
membantu para pasien Covid-19 yang kesulitan bernapas, program Sejuta
Vaksinasi, Sekolah Pra Nikah (SPN) yang mempromosikan kesehatan keluarga dan reproduksi, hingga beasiswa pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya