Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
JELANG musim penghujan, PT Kereta Cepat Indonesia China melalui konsorsium kontraktor proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) melakukan upaya mitigasi. Tindakan itu untuk meminimalkan potensi banjir di lingkungan warga yang bermukim di sekitar proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Para kontraktor yang tergabung dalam High Speed Railway Contractor Consortium (HSRCC) terdoro dari CREC, Synohidro dan WIKA. Mereka telah melakukan berbagai perbaikan dalam sistem kerja terkait potensi banjir dan saluran drainase akibat kegiatan konstruksi.
GM Corporate Secretary PT KCIC, Mirza Soraya, menjelaskan, upaya
mitigasi tersebut dilakukan mulai dari penyisiran dan pemantauan ke
sejumlah titik yang berpotensi menjadi penyebab banjir dan longsor.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa saluran tersebut selalu dalam
keadaan normal.
Di antaranya adalah sejumlah pintu air sungai dan saluran air di sekitar lokasi proyek yang memiliki potensi perubahan sebagai dampak dari pembangunan. "Konsorsium kontraktor proyek KCJB juga terus memonitor elevasi muka air pada outlet divertion secara berkala. Terlebih di musim penghujan di aliran sungai yang berpotensi mengalami perubahan perilaku sebagai dampak proyek KCJB, seperti sungai Sunter (DK 2+000) yang mengalami pemendekan dan sungai Cikarang (DK 27+000) yang telah dipasangi pier," kata Mirza, Senin (20/9).
Hal yang sama pun dilakukan di aliran sungai lainnya yang terdampak
proyek KCJB seperti Sungai Cisangkan (DK 115+814), sungai Cilember (DK
120+521), dan saluran irigasi Cigondewah Kaler (DK 122+250).
Lebih lanjut, dia mengatakan pengelolaan sistem drainase akan dilakukan
dengan lebih baik lagi. Pihaknya akan melakukan normalisasi atau
perbaikan dan pembersihan saluran drainase, hingga pembuatan cross drain di area proyek yang telah selesai pengerjaannya.
"Kami juga membuat box control di cekungan, dan saringan pada setiap
ujung saluran drainase agar dapat membersihkan sampah yang masuk ke
saluran," papar Mirza.
Mirza juga menambahkan bahwa upaya perbaikan pengelolaan drainase di sekitar area proyek KCJB dilakukan sampai ke level normalisasi sungai seperti yang dilakukan di Bekasi.
"Di Bekasi, secara berkala PT KCIC melalui konsorsium kontraktor melakukan pembersihan sungai karena banyak sampah yang menyumbat aliran
sungai. Pembersihan dilakukan secara berkala. Sekali pengangkutan bisa
100-150 truk," tegasnya.
Mirza menjelaskan, upaya mitigasi yang dilakukan antara lain perbaikan
pagar pembatas, pembersihan sampah, dan pemotongan rumput di area kerja
agar tidak menutupi saluran drainase di DK 16+100, DK 14+600, DK 12+300, DK 12+600, DK 115+000, DK 115+160, DK 115+560, DK 115+760 - DK 116+260, DK 116+760, DK 117+510 dan DK 120+760.
Kontraktor terkait juga melakukan penutupan sementara dengan karung pasir pada cross drain di DK 120+240 yang akan ditindaklanjuti dengan pengecoran bertulang di area tersebut.
Di area dengan potensi banjir cukup tinggi seperti DK 110+800 – DK
111+600 yang berada di Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten
Bandung Barat, dibuat saluran crossing sementara yang mengarah ke hilir
untuk mengantisipasi terjadinya banjir. Pada cross drain di KM 4+500 di Baros, Cimahi, yang sebelumnya tertutup lumpur dan sampah, sudah dilakukan pembersihan.
Sebagian air yang menggenang pun sudah dialirkan melalui side ditch
pasangan batu dengan dimensi yang mengecil ke arah KM4+600.
Di samping itu, Mirza menjabarkan bahwa pihaknya sudah dan akan terus melakukan perbaikan terhadap akses warga yang rusak akibat banjir yang terjadi sebelumnya, terutama banjir yang terjadi sebagai dampak dari proyek pembangunan KCJB.
Ditambahkan Mirza, perhatian juga ditujukan pada jalan tol yang
berdekatan dengan area proyek KCJB.
"Untuk menghindari masuknya kotoran tanah dari area kerja proyek menuju ke badan jalan tol, diantisipasi dengan membuat washing bay dengan menggunakan 1 unit jet washer di setiap pintu keluar masuk proyek," tambahnya seraya mengatakan segala upaya mitigasi untuk pencegahan banjir seperti pemantauan, perbaikan, pembangunan, dan pembersihan saluran air di sekitar lokasi proyek KCJB, akan terus dilakukan selama pengerjaan kontruksi berlangsung. (N-2)
Potensi kejadian bencana di Jawa Barat mulai dari banjir, tanah longsor hingga angin kencang
Mitigasi bisa menjadi upaya pencegahan sebelum terjadinya bencana.
BADAN Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) akhirnya bisa memetakan sesar aktif yang menjadi pemicu gempa bumi di Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Jabar) pada pergantian Tahun 2024.
Gempa di Sumedang terjadi pada 31 Desember 2023 hingga Januari 2024.
Program yang dilakukan oleh Kementerian Sosial sangat tepat mengingat wilayah Garut yang rawan bencana memerlukan upaya mitigasi dari pemerintah dan masyarakat.
Hal ini dilakukan sebagai langkah kesiapsiagaan dini dan kewaspadaan jika terjadi bencana di sekitar lingkungannya
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved