Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Luhut Resmikan Pengolahan Sampah Berbasis Sumber di Bali

Arnoldus Dhae
10/9/2021 20:40
Luhut Resmikan Pengolahan Sampah Berbasis Sumber di Bali
Pekerja memilah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Samtaku di kawasan Jimbaran, Badung, Bali( ANTARA/Fikri Yusuf)

MENTERI Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan sistem pengolahan sampah berbasis sumber, yakni Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Samtaku (Sampah Tanggungjawab Aku) di
Jimbaran Bali, Jumat (10/9).

Hadir pada kesempatan para pejabat di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Sementara dari pihak swasta antara lain Vera Galuh Ukraina, Vice President General Secretary Danone Indonesia; Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director-Danone Indonesia; Bhima Aries
Diyanto, CEO PT Reciki Solusi Indonesia; Nyoman Sutarma, Direktur Utama
PT Reciki Solusi Indonesia; Wahyudi Sulistya, Direktur Utama PT Kemasan
Ciptatama Sempurna; Putu Ivan, Direktur Utama Bali Wastecycle dan Ni Made Seni dari PT Jimbaran Lestari.

Luhut mennyatakan peran swasta dalam proyek ini sangat menonjol. Mereka mampu berkolaborasi membangun sistem pengolahan sampah
berbasis sumber yakni TPST Samtaku di Jimbaran, Bali.

"Saya mengapresasi pembangunan TPST Samtaku yang dikerjasakan
dengan pihak swasta. Saya sudah pernah membicarakan proyek ini bersama Bupati Badung Nyoman Giri Prasta, kini sudah terwujud. Ini merupakan satu terobosan baru sekaligus merupakan implementasi dari perubahan paradigma untukpengolahan sampah secara terintegrasi dengan pendekatan circular economy," ujarnya.

Menurut dia, pengolahan sampah di kawasan Bali sangat penting dan saatnya dilakukan secara terintegrasi dari hulu ke hilir. Mulai dari upaya pengurangan timbulan sampah dari sumbernya dan penanganan setiap titik pengolahan di TPS 3R yang dikelola oleh masyarakat.

Pemerintah, lanjutnya, tidak memiliki teknologi energi dan lebih mengedepankan pengelolaan di bagian hulu melalui optimalisasi revitalisasi TPS 3R yang telah terbangun. "Di Bali misalnya,
sudah bertahun-tahun kita kerja pembangunan sampah tetapi tidak jadi. Pak gubernur sampai bosan. Sementara pengolahan sampah berbasis sumber langsung jadi," ujarnya.

Bila sistem ini diterapkan di seluruh desa di Bali maka Bali akan jauh
lebih bersih dari sekarang. Kondisi terkini, TPA Sarbagita yang ada di Suwung sudah tidak bisa menampung sampah lagi.
Saat ini sudab melebihi kapasitas dan harus ditutup. Setiap hari,  Sarbagita dipasok sampah dengan volume sekitar 1.200 ton.

Sementara di TPA Suwung tinggi timbunan sampah sudah mencapai 45 meter. Baunya tercium hingga jarak dua kilometer. Kondisi ini sangat mengganggu wisatawan yang ada di Denpasar, Sanur dan sekitarnya.

Kesehatan penduduk di sekitar TPA Suwung juga terganggu. Bahkan pemerintah pernah mengeluarkan anggaran Rp280 miliar untuk menimbun sampah di Suwung namun tidak bisa menyelesaikan masalah.

Pemerintah sudah menghitung bahwa dengan melakukan optimalisasi fungsi TPS 3R sebagai tempat pengolahan sampah maka terjadi pengurangan sampah di sekitar 50%. Ditambah dengan pengolahan sampah berbasis sumber seperti TPST Samtaku, jika dibangun di banyak lokasi, seluruh sampah di Bali akan bisa teratasi. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik