Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Puluhan Balai Adat Pegunungan Meratus Gelar Ritual Aruh Pisit Padi

Denny Susanto
18/8/2021 12:39
Puluhan Balai Adat Pegunungan Meratus Gelar Ritual Aruh Pisit Padi
Puluhan balai adat yang ada di kawasan Pegunungan Meratus di Provinsi Kalimantan Selatan menggelar ritual adat yang disebut Aruh Pisit Padi.(MI/Denny Susanto )

PULUHAN balai adat yang ada di kawasan Pegunungan Meratus di Provinsi Kalimantan Selatan menggelar ritual adat yang disebut Aruh Pisit Padi atau aruh penutup dari siklus bercocok tanam masyarakat suku Dayak.

Aruh Pisit Padi ditandai dengan penyimpanan padi atau beras hasil panen ke dalam lumbung yang disebut Lulung, sejenis wadah penyimpanan terbuat dari kulit kayu. Masyarakat Desa Kiyu, Kecamatan Batang Alai Timur menggelar aruh pisit padi, bersamaan juga dengan masyarakat Desa Datar Ajab, Kecamatan Hantakan, Selasa (17/8).

"Aruh pisit padi ini adalah aruh penutup yang digelar masyarakat suku dayak, dan selanjutnya bersiap menghadapi musim tanam," tutur Jarkasi, tokoh adat Desa Kiyu di sela-sela persiapan ritual puncak aruh.

Dijelaskan Jarkasi, prosesi aruh pisit padi dimulai dari aruh di rumah masing-masing warga semacam open house dan kemudian dirayakan
secara bersama-sama di balai adat. Pada malam puncak aruh dimulai dengan makan bersama dilanjutkan tarian khas suku dayak Batandik dan pembacaan doa dipimpin seorang balian sebagai wujud rasa syukur dan harapan agar musim tanam selanjutnya lebih baik.

Pelaksanaan aruh pisit padi digelar pada bulan Juli hingga Agustus menjelang musim tanam. "Aruh biasanya digelar bergantian agar
pelaksaan aruh meriah dan bisa dihadiri masyarakat dari balai adat tetangga. Di Batang Alai sendiri ada 11 balai adat dan ada puluhan balai adat lainnya di kawasan Pegunungan Meratus seperti Hantakan dan lainnya," ujarnya.

Uniknya pada gelaran aruh adat kali ini adalah pemasangan layar atau bendera putih lengkap dengan sesaji dan janur serta tiang
terbuat dari bambu kuning. Bendera putih ini sebagai penolak bala terutama pandemi Covid-19 agar warga dan tamu yang hadir di aruh adat terbebas dari Covid 19.

Kepala Adat Kecamatan Hantakan, Abdul Hadi mengatakan dalam satu tahun setidaknya ada lima kali aruh adat yang terkait kegiatan
bercocok tanam dilaksanakan suku dayak Meratus. Yaitu aruh saat akan memulai bercocok tanam (manugal) yang dilaksanakan di ladang (pahumaan).

Kemudian Aruh Plas Umbang (Basambu) prosesi tolak bala agar tanaman tidak terkena bencana atau hama. Setelah panen ada Aruh Bawanang atau sering juga disebut aruh ganal, ini merupakan upacara puncak dari siklus bercocok tanam menandakan ungkapan syukur hasil panen penduduk.

Serta Aruh Pisit Padi atau aruh penutup siklus bercocok tanam, penyimpanan padi ke lumbung sekaligus menghadapi musim tanam berikutnya. Selain itu ada pula Aruh Bawanang kedua dengan skala lebih besar bisa memakan waktu satu minggu hingga satu bulan, yaitu upacara untuk memulai musim tanam.

baca juga: Pegunungan Meratus

"Istilah aruh masing-masing balai kadang berbeda namun mempunyai makna yang sama. Selain tiga aruh tersebut ada beberapa jenis
aruh lain baik yang berhubungan dengan bercocok tanam ataupun masalah lainnya seperti aruh penolak bala basambu dan lainnya," ungkap Sabri.

Intinya dalam kepercayaan masyarakat adat Dayak Meratus semua kegiatan terhubung dengan tuhan (kaharingan) dan roh leluhur yang diwujudkan dalam upacara adat atau aruh. Padi bagi masyarakat adat Dayak Meratus adalah suci sehingga dalam proses mulai bercocok tanam hingga panen harus dilakukan dengan kesungguhan dan penghayatan melalui ritual adat yang disebut aruh. (N-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya