PENGAMAT politik Bagas Pujilaksono Widyakanigara, mengatakan bahwa di era pandemi covid-19 ini Pemerintahan Presiden Joko Widodo diserang secara terus-menerus oleh sejumlah kelompok dari berbagai lini. Tujuannya sangat jelas, yaitu mengacaukan negara.
Menurutnya, setiap orang yang pro pemerintahan Presiden Jokowi dianggap musuh oleh mereka. Termasuk serangan yang diarahkan kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang selama ini setia terhadap Presiden. Moeldoko diserang dengan tudingan terkait obat Ivermectin dan impor beras.
"Pak Moeldoko, Ketua KSP juga diserang. Kali ini serangannya membabi buta, biadab dan brutal," ujar Bagas, Sabtu (31/7).
Bagas mengatakan bahwa serangan yang dituduhkan kepada Moeldoko tersebut bukan lagi bernuansa hukum, karena tuduhannya diumbar di ruang publik tanpa menyajikan bukti. Untuk itu, dia menegaskan bahwa serangan tersebut merupakan sebuah manuver politik.
"Serangan ke Pak Moeldoko, bukan semata serangan pribadi, namun suatu bentuk serangan ke pemerintah, karena Pak Moeldoko bagian dari pemerintah," ungkapnya.
Dia mengaku telah mencatat beberapa hal, di antaranya bahwa Moeldoko tidak ada hubungan bisnis sama sekali dengan PT Harsen, produsen Ivermectin. Yang ada, lanjutnya, PT Harsen membantu Indonesia dengan obat Ivermectin melalui HKTI. HKTI daerah kemudian yang menyalurkannya.
"Puteri Pak Moeldoko tidak kenal dengan PT Harsen, dan sama sekali tidak ada hubungan apapun," kata Bagas.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa putri Moeldoko yaitu Joanina Novinda Rachma tidak bekerja di KSP. Dahulu pernah magang tiga bulan, tapi tanpa gaji dan fasilitas.
Selanjutnya, terkait tuduhan soal impor beras, Bagas yang merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini juga menyanggah dengan menyebutkan bahwa HKTI saat ini tidak melakukan impor beras.
Dengan demikian, Bagas menyatakan bahwa ICW tidak pantas melakukan fitnah yang tidak berdasar tersebut. Tuduhan tersebut telah merugikan nama baik Moeldoko sebagai Ketua HKTI yang selama ini banyak berkontribusi membantu masyarakat terlebih di masa pandemi.
"Tuduhan keji ke Pak Moeldoko bagi saya sangat menodai kehormatan beliau sebagai Ketua HKTI," tegasnya.
Sejauh yang dia tau, Moeldoko bukan sosok cengeng yang sedikit-sedikit lapor ke polisi jika harga diri dan kehormatannya tergores. Baginya, jika sebuah permohonan maaf secara terbuka dan mencabut ucapannya adalah langkah terhormat di luar pengadilan.
"Jika tidak, saya menyarankan dan mendukung Pak Moeldoko untuk melawan secara hukum, demi kehormatan pribadi Pak Moeldoko sebagai Ketua HKTI," jelas Bagas.
Bukan hanya itu, katanya, serangan tersebut juga bermaksud membangun opini ke publik seolah pandemi covid-19 semata hanya untuk dagangan obat. Karenanya dia meminta masyarakat untuk bersama-sama dengan pemerintah bersatu keluar dari pandemi.
"Saya kembali mengajak rakyat Indonesia menjaga dan mendukung Pemerintahan Presiden Jokowi mengatasi pandemi covid-19 di Tanah Air," tandasnya. (N-2)