Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
PEMERINTAH Provinsi Bali melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali menggandeng BNPB menggelar lokakarya bertajuk 'Peningkatan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitupasna)' di Sanur Bali, Kamis (17/6/2021). Lokakarya dibuka langsung oleh Kepala Pelaksana Harian BPBD Bali I Made Rentin.
Ada pun para para peserta berasal dari BPBD kabupaten dan kota seluruh Bali, para relawan kebencanaan serta stakeholder terkait lainnya. Sementara narasumber kunci adalah DR. Marlina Adisty dari Widyaiswara Pusdiklat Penanggulangan Bencana BNPB.
Menurut Made Rentin, lokakarya Jitupasna ini sangat dibutuhkan seluruh perhitungan kerugian bencana khusus yang ada di Bali. Kajian kebutuhan pasca bencana ini perlu ditingkatkan di Bali.
"Lokakarya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam penanggulangan bencana terutama pada tahap pascabencana. Untuk itu BPBD Provinsi Bali melaksanakan Lokakarya Jitupasna, dengan dukungan dari Program SIAP SIAGA (Kemitraan Indonesia-Australia untuk Kesiapsiagaan Bencana). Bukan hanya itu, beberapa sub relawan juga ikut jadi peserta agar mengetahui bagaimana dampak kerugian soal bencana," ujarnya.
Sementara DR Marlina Adisty mengatakan, pelatihan peningkatan Jitupasna ini sebagai upaya yang dilakukan dalam tahapan pra bencana, saat terjadi bencana, serta pasca bencana. Secara umum upaya-upaya tersebut meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, serta pemulihan. Pemulihan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi masyarakat serta lingkungan yang terdampak bencana menjadi seperti semula dan bahkan lebih baik. "Upaya yang dilakukan berupa rekonstruksi atau pembangunan kembali maupun rehabilitasi atau perbaikan dan pemulihan semua aspek yang terdampak bencana," ujarnya.
Sebagai bagian dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi membutuhkan proses penilaian atas kerusakan dan kerugian serta kebutuhan yang bersifat komprehensif baik aspek fisik maupun kemanusiaan. Keseluruhan kegiatan dilakukan dengan berkonsep pada membangun kembali yang lebih baik serta pengurangan risiko bencana yang diwujudkan pembentukan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
Proses penilaian kerusakan, kerugian, dan kebutuhan dilakukan melalui Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitupasna) yang di dalamnya mengkaji akibat bencana, dampak bencana, dan kebutuhan pemulihan pascabencana. Dokumen ini merupakan instrumen yang akan dipakai oleh pemerintah untuk menyusun kebijakan, program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi berdasarkan pada informasi akurat dari pihak terdampak bencana, berupa dokumen rencana aksi. (OL/OL-10)
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat beberapa kejadian bencana di pekan kedua bulan Agustus 2025. Data tersebut dihimpun pada periode 11 hingga 12 Agustus 2025
BNPB mencatat luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di enam provinsi prioritas tahun ini relatif kecil, hanya sekitar 3.000 hektare
Abdul Muhari pun mengimbau kepada seluruh pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.
BNP segera melaksanakan arahan dari Presiden Prabowo Subianto dengan melakukan koordinasi lintas kementerian dan lembaga untuk mempercepat penanganan darurat karhutla di Kalimantan Barat.
BNPB meminta warga Kabupaten Flores Timur untuk tidak kembali ke kampung halaman atau kawasan rawan bencana (KRB) menyusul erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki
Pemerintah Provinsi Kalbar mencatat luas area terdampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah tersebut mencapai 1.149,02 hektare, per 31 Mei 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved