Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
HASIL survei Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) menunjukkan bahwa masyarakat Jawa Barat sangat toleran dan bisa hidup
berdampingan dengan siapapun.
Berbagai tuduhan yang menyatakan daerah inisebagai provinsi dengan
tingkat intoleransi yang tinggi tidaklah benar berdasarkan hasil kajiam
tersebut.
Direktur operasional dan data IPRC, Idil Akbar, mengatakan, pihaknya
telah melakukan survei terkait pola hubungan sosial masyarakat di
sembilan kabupaten/kota di Jawa Barat. "Di Ciamis, Cirebon, Depok,
Garut, Karawang, Bekasi Bogor, Purwakarta, dan Tasik," katanya di
Bandung, Rabu (9/6).
Berdasarkan itu, menurutnya, terdapat hasil yang menggembirakan karena
warga tidak mempersoalkan berbagai perbedaan yang ada. Sebagi contoh,
hasil survei tersebut menunjukkan 83,1% responden mau berteman
dengan siapapun tanpa melihat persamaan suku dan agama.
"Bahkan 66,4% mau bersahabat dengan yang beda agama," katanya.
Selain itu, 83,1% responden mau bertetangga dengan warga lain yang berbeda agama.
"Ada 77,8% yang mau memberi bantuan kepada yang berbeda agama," katanya.
Idil menyebutkan , sebanyak 66,4% responden tidak akan menolak kehadiran orang lain yang berbeda agama di lingkungan tempat tinggal mereka.
"Mereka juga mau berbisnis dengan yang beda agama, 86,6% responden mau
berjual beli dengan yang beda agama," katanya.
Tak hanya itu, menurut dia, warga Jawa Barat pun mau mendengarkan saran dari tokoh agama lain. "55,6% bersedia mendengar saran dari tokoh agama lain," ujarnya.
Atas hasil itu, Idil menyebutkan bahwa masyarakat Jawa Barat sangat toleran terhadap masyarakat lain yang berbeda suku maupun agama.
"Menurut saya, hasil berbagai survei yang menyebutkan Jawa Barat sebagai tertinggi angka intoleransinya, ternyata berbeda dengan hasil survei kami," katanya.
Tidak sesuai fakta
Di tempat yang sama, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jawa Barat Iip Hidajat mengatakan, tingkat toleransi warga Jawa Barat bagus dan kuat.
Menurut dia, angka-angka yang menyebut intoleransi di wilayahnya tinggi
tidak sesuai dengan fakta di lapangan. "Ketika ada yang menyebut angka
intoleran di Jawa Barat tinggi, kesbangpol di daerah mengaku sangat heran. Angka yang diungkapkan tidak sesuai dengan fakta yang ada," ucapnya.
Meski begitu, Iip tidak memungkiri jika ada radikalisme di wilayahnya.
"Radikalisme memang tak bisa dipungkiri, karena ada penangkapan-penangkapan (teroris)," ucapnya.
Iip pun menyebut pihaknya terus melakukan upaya untuk mencegah lahirnya
sel-sel teroris di wilayahnya. "Kami terus lakukan upaya
kontra-radikalisme." (N-2)
Jelajahi 10 destinasi wisata terbaik di Jl Braga Bandung, dari kafe klasik hingga museum bersejarah. Liburan tak terlupakan menanti!
Penambahan rombel ini, dilakukan karena terdapat sekitar 197.000 anak di Jabar yang berpotensi tidak melanjutkan atau putus sekolah.
Eliminasi TBC memerlukan kekompakan dan sinergi lintas sektor.
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, mengungkapkan hanya ada 384 kelas sekolah tingkat SMA/SMK yang akan diisi rombongan belajar (rombel) 38 sampai 50 siswa dari 801 kelas.
Festival Kerukunan di Desa Pabuaran, Kerukunan bukan Proyek Elite
Tetapi, dari 27 wilayah Jawa Barat hanya ada dua wilayah yang diprakirakan akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi pada siang hari.
GUBERNUR Jawa Barat Dedi Mulyadi menekankan pentingnya pemulihan harmoni sosial di tengah masyarakat Cidahu, Sukabumi, setelah insiden perusakan rumah yang diduga dijadikan tempat ibadah.
Tidak hanya karena secara geografis wilayahnya berbukit-bukit dengan ketinggian 760 meter di atas permukaan laut (mdpl), tetapi juga karena desa itu tak ubahnya Indonesia mini dengan beragam agama.
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved