Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Aranio, Kopi Tanah Borneo Mulai Menggeliat

Denny Susanto
24/5/2021 12:02
Aranio, Kopi Tanah Borneo Mulai Menggeliat
Pembuatan minuman kopi dari biji kopi asli Kalimantan Selatan, yang disebut kopi Aranio di Banjarbaru, Kalimantan Selatan(MI/Denny Susanto )

SIANG itu Kedai Kopi, tempat pusat pengolahan dan pemasaran kopi khas Kalimantan Selatan yakni kopi Aranio di Banjarbaru, Kalimantan Selatan  kedatangan dua tamu sekaligus dari Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Selatan dan Samarinda, Kalimantan Timur.

Kurnia, 25 bersama temannya sengaja datang jauh-jauh menempuh perjalanan lebih 100 kilometer dari Pulang Pisau menggunakan sepeda motor untuk melakukan studi banding tentang kopi di Kedai Kopi. Kurnia adalah tenaga pendamping desa peduli gambut yang sebelumnya mendapatkan bantuan program revitalisasi ekonomi berupa pengembangan kopi lokal dari Badan Restorasi Gambut.

Kepada Dwi Putera Kurniawan pemilik Kedai Kopi dan merek usaha kopi lokal khas Kalsel, Biji Kopi, Kurnia menceritakan berbagai
permasalahan yang dihadapi petani kopi di daerahnya. "Masalah dihadapi petani kopi di daerah kami, harga kopi yang rendah hanya Rp19 ribu perkilo.Para petani juga belum mengerti mengembangkan komoditas kopi agar lebih bernilai ekonomi," ujar Kurnia sambil berkeliling melihat-lihat kebun kopi percontohan milik Kedai Kopi.

Tamu lain asal Samarinda, bernama Hasnan,56 sengaja datang ke Kalsel untuk mencicipi kopi Aranio setelah anaknya yang kuliah di Kota Banjarbaru menceritakan soal keberadaan kopi khas Kalsel jenis robusta ini. "Saya penikmat kopi. Saya pernah dibawakan anak saya kopi khas Kalsel dan saat menjenguk anak, saya sempatkan datang ke sini," tuturnya.

Baik Kurnia maupun Hasnan juga menceritakan jika dulu masyarakat di wilayahnya menjadikan kopi sebagai komoditas andalan. Kini pohon-pohon kopi tersebut sudah tergusur karena dinilai tidak menguntungkan berganti dengan tanaman lain.

Dwi Putera Kurniawan yang juga Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalsel mengatakan kopi masuk ke Kalimantan atau tanah borneo pada
penjajahan Belanda dan kemudian Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia. "Selain jenis robusta yang tumbuh subur di tanah perbukitan, kopi jenis liberika banyak tumbuh di dataran rendah dan pesisir Kalimantan," tuturnya.

Di Kalsel menurut Dwi, akibat anjloknya harga kopi dan ekspansi besar-besaran sawit telah menyebabkan ribuan hektar tanaman kopi
tergusur. Namun kini seiring harga kopi yang terus naik pertanian komoditas kopi mulai menggeliat. Harga kopi siap giling khas Kalsel Aranio saat ini Rp50 ribu dan mencapai 5x lipat setelah digiling dan dalam kemasan.

Kopi Aranio sendiri sudah mampu menembus pasar mancanegara meski dalam jumlah terbatas. "Pasar sudah cukup baik tetapi kendala kita adalah keterbatasan lahan," ujarnya.

Dari 42 orang petani kopi anggota SPI Kalsel baru memiliki 72 hektar kebun kopi. Ada sekitar 200 hektar hutan kopi peninggalan Belanda yang banyak tersebar di Kabupaten Banjar dan Tanah Laut. Meski tidak dirawat kopi dari hutan kopi ini tetap menjadi penghasilan tambahan bagi warga. (N-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya