Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
UPAYA menghidupkan kembali aksara Jawa perlu komitmen banyak pihak, dari guru hingga masyarakat umum. Penggunaan aksara Jawa pun tidak hanya cukup dilakukan di dalam kelas menulis tetapi hingga kehidupan sehari-hari.
Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMA DIY Slamet Nugroho menyampaikan MGMP Bahasa Jawa sejak awal berkomitmen melestarikan aksara Jawa tidak hanya di kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. MGMP Bahasa Jawa menjadi salah satu bagian dalam pelaksanaan Kongres Aksara Jawa (KAJ) yang berlangsung 22-26 Maret 2021 di Yogyakarta.
"Pengenalan aksara Jawa di ranah digital telah diberikan para guru bahasa Jawa DIY kepada siswa-siswinya sejak 3 tahun lalu dalam pembelajaran," kata Slamet usai acara KAJ I, Jumat (26/3).
Ketua MGMP Bahasa Jawa SMK DIY Sinar Indra Krisnawan menambahkan MGMP Bahasa Jawa turut andil melaksanakan amanat KAJ 1 dengan menjadi mitra strategis Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY. MGMP Bahasa Jawa telah menyusun kurikulum yang terstruktur berkesinambungan dalam pembelajaran aksara Jawa mulai dari pendidikan TK, SD, SMP, hingga jenjang SMA/SMK.
MGMP sebagai wadah para guru untuk melaksanakan mandat sebagai pendidik bangsa sudah selayaknya menjadi jembatan guru dan Dinas Pendidikan dan Pemuda dan Olahraga dalam mengurai penyelarasan kurikulum khususnya pada materi aksara Jawa. Sejauh ini masih ditemukan permasalahan dalam kurikulum Bahasa Jawa SD hingga SMA/SMK berupa proporsi materi aksara Jawa kurang seimbang.
MGMP berkomitmen menjadi bagian dari organisasi para guru yang senantiasa berada pada garda terdepan dalam gerakan pelestarian aksara Jawa.
"Khususnya, dalam proses belajar mengajar di sekolah, dengan menjadikan aksara Jawa sebagai mata pelajaran yang menyenangkan," ucap perwakilan MGMP SMP DIY Marsidi.
Tidak hanya di kelas-kelas, aksara Jawa juga mulai dihidupkan kembali di kampung. Penggerak budaya dan aksara Jawa di Dusun Bintaran Wetan, Desa Srimulyo, Piyungan, Bantul, Akhmad Fikri, menggandeng para ketua RT serta Karang Taruna di kampungnya untuk menghidupkan kembali aksara Jawa sejak 2020.
Baca juga: Mendikbud: Pelestarian Aksara Jawa Mutlak Dilakukan
Tulisan-tulisan aksara Jawa sekarang banyak digunakan di dusunnya, dari penulisan nama pemilik rumah, penulisan nama jalan, hiasan-hiasan dinding hingga buletin khutbah salat Jumat.
Ia berharap, dengan penggunaan yang masif, aksara Jawa akan lebih membumi termasuk di generasi muda dan anak-anak.
"Kaum muda sangat tertarik untuk kembali belajar aksara Jawa, ini sangat menarik," jelas dia.
Menurut dia, yang paling penting dalam mengajarkan aksara Jawa kepada generasi muda yakni membuat senang dulu dengan aksara Jawa. Jangan membuat pembelajaran Aksara Jawa itu susah dipahami.
"Kami, para pegiat aksara Jawa berusaha supaya kaum muda melirik dan mengamalkan aksara Jawa di kehidupan sehari-hari," kata Fikri.
Dia menambahkan, di era digital, revitalisasi aksara Jawa harus dibuat secara masif ke dalam ranah digital. Dengan demikian, aksara kuno ini bisa dipelajari dengan cara kekinian.(OL-5)
PANDI sudah mendapatkan restu dari pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika dan komunitas lain untuk mendaftarkan domain aksara Jawa ke ICANN.
Unicode adalah suatu standar teknis yang dirancang untuk mengizinkan teks dan simbol dari semua sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan dan dimanipulasi secara konsisten oleh komputer.
Dengan pelaksananaan KAJ ini, masyarakat diharapkan akan semakin sadar mengenai pentingnya penggunaan aksara Jawa, termasuk dalam platform digital.
Aksara-aksara lainnya diprediksi baru akan menyusul untuk didaftarkan mulai tahun depan.
tingginya buta aksara pada masyarakat dengan umur 44-59 tahun tentunya harus hadir secara langsung untuk mengedukasi. Karena dengan rentan umur tersebut belum terbiasa menggunakan internet.
Yogjakarta dicanangkan sebagai Kota Hanacaraka
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved