Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Colomadu, Dulu Pabrik Gula Kini Jadi Destinasi Wisata

Widjajadi
21/3/2021 06:10
Colomadu, Dulu Pabrik Gula Kini Jadi Destinasi Wisata
De Tjolomadoe dahulu adalah pabrik gula kini disulap menjadi destinasi wisata diminati warga wilayah Yogyakarta, Surakarta dan Semarang.(MI/Widjajadi)

COLOMADU mempunyai arti sebagai gunung madu. Itulah yang menjadi pijakan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro IV, raja masa penjajahan Belanda yang memiliki jiwa bisnis atau entrepreneurship untuk mendirikan pabrik gula (PG) Colomadu di Desa Malangjiwan pada tahun 1861.

Raja yang memiliki nama kecil BRM Sudira itu berpikiran, membangun pabrik gula dalam skala besar sangat logis dan rasional. Terlebih pemerintahan kolonial Belanda kala itu sedang mengeksplorasi serta mengeksploitasi tanah-tanah perkebunan terutama di wilayah Jawa, untuk mendapatkan hasil pertanian berskala ekspor.

Ia sangat lentur menerima ide-ide perubahan dari Barat untuk dimanfaatkan membangun kekuatan ekonomi praja. Di bawah kepemimpinan Mangkunegoro IV, pemerintahan Mangkunegaran mampu menjalankan roda perekonomian dengan menggandeng para ahli ekonomi dan administrasi dari Eropa seperti Jerman dan Belanda. Praja Mangkunegaran juga membangun hubungan kerjasama dengan para pengusaha Cina untuk mengembangkan berbagai macam tanaman perkebunan yang laku keras di pasaran Eropa, terutama tebu dan juga kopi.

Dalam perkembangan, yakni masa kepemimpinan Mangkunegoro VII, PG Colomadu menuai zaman keemasan, dan bahkanmenjadi sebuah kekuatan industri gula di nusantara. Pada tahun 1928, produksi yang dihasilkan menjadi yang terbesar di Asia, dengan ekspor gula sangat membanggakan.

Sayang masa kejayaan pabrik gula milik Mangkunegaran itu pelan pelan surut,. Malah pada tahun 1997, saat dikelola PTPN IX, pabrik itu terpaksa ditutup, karena terus menerus kesulitan bahan baku tebu.

Dan keberadaan aset negara itu mangkrak hampir 20 tahun, sebelum kemudian Kementerian BUMN menugaskan 4 BUMN untuk berkongsi dalam bentuk PT Sinergi Tjolomadoe, merubah fungsi bekas pabrik gula itu menjadi Museum De Tjolomadoe pada 2017.

De Tjolomadoe usai mengalami tranformasi melalui revitalisasi total, berubah menjadi destinasi wisata baru kekinian di wilayah Yogyakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar). Keberadaanya menjadi pusat budaya, ruang konser, ruang unjuk karya kreatif, komersial area berisi tenant food and beverage yang bisa digunakan untuk nongkrong.

Halaman depan pabrik dijadikan area kebun bunga berwarna-warni.Dinding dinding pabrik diwarnai kuning gading sehingga tampak cerah dan bersih. Sementara area dalam pabrik penggilingan dijadikan area museum gula. Mesin-mesin penggilingan berukuran raksasa berjajar rapi dan masih terlihat kokoh.

Sedang area Stasiun Ketelan disulap menjadi pusat kuliner, dengan stand-stan yang menawarkan beragam jenis makanan dan minuman. Stasiun Penguapan menjadi area arcade, lalu Stasiun Karbonasi menjadi area kesenian dan kerajinan.

Selain itu, di dalam pabrik gula ini juga terdapat restoran berdesain interior yang instagramable, sehingga cocok untum berswa foto. Begitu halnya di luar ruang, persisnya di timur para wisatawan jiga diberikan tempat swafoto di depan ceeobong asap yang menjulang ke langit. Jika tidak disergap wabah covid-19,De Tjolomadoe dipastikan berjaya sebagai destinasi wisata yang berjubel wisatawan. Lokasinya yang dekat dengan bandara dan juga pintu exit tol, menjadikan wisawatan mudah berpesiar.

Banyaknya pelancong yang melakukan swafoto dan di unggah dalam media sosial semakin membuat De Tjolomadoe sangat viral di instagram. 

"Saat pandemi covid belum menyergap, per hari rata rata pengunjung antara 1000-2000 pengunjung. Namun saat tutup cukup lama dan mulai buka Oktober 2020, pengunjung surut 60 persen," kata Marcom De Tjolomadoe, Clara Adviana Puspitawati.

Dengan berbagai penyiasatan konsep, seperti menjual paket pernikahan kesukaan mertua (PPKM) dan juga wahana baru tanam tebu di dalam museum, De Tjolomadoe masih mampu menarik masyarakat untuk berkunjung.

Perlu diketahui PG Colomadudi Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah didirikan oleh KGPAA Mangkunegoro IV pada 1861. Tahun pertama panen pada 1862  menghasilkan sekitar 3.700 kwintal gula dari perkebunan tebu seluas 95 hektar. Gula produksi PG Colomadu kala itu  dipasarkan di daerah sekitar wilayah Mangkunegaran,  Bandaneira, dan Singapura, bekerja sama dengan perantara.

baca juga: Mentan Optimalkan Serap Gabah di Sentra Produksi Sulawesi Selatan 

Pendapatan dari penjualan gula digunakan untuk membayar gaji pegawai, gaji bangsawan, operasional Praja Mangkunegaran, dan tanah lungguh milik keluarga Mangkunegaran.

PG Colomadu tutup tahun 1997,karena terua menerua kesulitan bahan baku tebu. PG Colomadu bertransformasi menjadi Museum De Tjolomadoe usai dilakukan revitalisasi total pada 2018.


 

(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya