Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Tahun Ini, 5.000 Petani Milenial Jawa Barat Berkiprah

Bayu Anggoro
04/2/2021 17:35
Tahun Ini, 5.000 Petani Milenial Jawa Barat Berkiprah
Pengawasan kondisi tanah melalui komputer di UPTD Balai Benih Kentang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat(DOK/DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA JAWA BARAT)

GUBERNUR Jawa Barat Ridwan Kamil menggagas program 5.000 petani milenial pada 2021. Selain memaksimalkan potensi ekonomi, langkah itu diperlukan untuk memperluas penggunaan teknologi dan internet yang saat ini terus berkembang.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Dadan
Hidayat mengatakan, pihaknya melakukan sejumlah inovasi untuk menunjang
program tersebut. Berbagai upaya terus dilakukan untuk memaksimalkan
hasil pertanian.

Salah satunya dengan penerapan teknologi dan internet, seperti yang
dilakukan pada UPTD Balai Kentang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat yang berlokasi di Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Menurut Dadan, pihaknya melakukan inovasi berbasis internet of things
(IoT) terhadap proses pembibitan kentang.Inovasi yang menggunakan teknologi ini memerlukan sejumlah alat canggih seperti panel sensor, komputer dan telepon seluler pintar, serta koneksi internet.

Dengan hadirnya perangkat tersebut, pihaknya mampu mengetahui
kondisi dan kebutuhan lahan pertanian seperti menyangkut kelembapan
tanah, Ph air, dan suhu udara.

"Panel sensor yang terhubung ke pc dan gadget itu bisa mengetahui
kondisi tanah. Sehingga kita tahu kapan harus disiram dengan jumlah yang tepat, jadi kandungan airnya tepat, tidak lagi ditebak-tebak," kata Dadan di Bandung, Kamis (4/2).

Hasilnya, lanjut dia, pihaknya mampu meningkatkan volume bibit kentang
dari semula 15 ribu knol menjadi 25 ribu knol per sekali panen.

"Sebenarnya yang dihasilkan 30 ribu knol, cuma yang jadi bibitnya 25
ribu," kata dia.

Selain itu, lanjutnya, dengan teknologi inipun petani bisa memantau
lahan pertaniannya tanpa harus datang ke lokasi. Seperangkat peralatan itu bisa digunakan pada 240 m2 lahan pertanian kentang.

Biaya yang diperlukan untuk pemasangan mencapai Rp80-150 juta untuk
setiap lahannya. Dengan cukup mahalnya peralatan tersebut, Dadan
mengakui pihaknya sangat berharap adanya investor yang mau turut serta
dalam memperluas penggunaan teknologi pertanian tersebut.

"Memang smart farming ini perlu biaya, jadi peran dari para investor
sangat diperlukan," katanya.

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa program 5.000 petani milenial sangat tepat dengan rencana perluasan penggunaan teknologi pertanian.

Pasalnya, smart farming memerlukan petani yang sudah terbiasa dan mengenal teknologi khususnya berbasis internet. "Jadi petani saat ini harus terbiasa/mampu mengoperasikan komputer/gadget, makanya digagas program petani milenial," katanya.

Tak hanya itu, program petani milenial inipun diperlukan
untuk regenerasi. Dadan mengakui saat ini jumlah petani di Jawa Barat
terus berkurang.

Terlebih, Dadan menyebut saat ini sektor pertanian sama sekali tidak
diminati oleh generasi muda. "Karena milenial ini kan akrab dengan
gadget, dan tidak suka kotor-kotoran. Jadi dengan penerapan teknologi
pada pertanian, diharapkan bisa menarik minat pemuda untuk bertani,"
katanya. (N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya