Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Doa Kita untuk Tanah Mandar

M Taufan SP Bustan
16/1/2021 02:15
Doa Kita untuk Tanah Mandar
Petugas mengevakuasi korban yang terjepit dari bangunan yang runtuh akibat gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat.(MI/Lina Herlina)

MAMUJU saat ini bak 'kota mati'. Warga ibu kota Sulawesi Barat itu berbondong-bondong meninggalkan permukiman dan mengungsi ke tempat tinggi. Suasana di sana juga belum kondusif akibat gempa 6,2 SR kemarin dinihari yang mengakibatkan 35 orang meninggal dunia dan ratusan orang luka-luka.

Aktivitas di dalam Kota Mamuju saat ini juga masih terbatas. Proses evakuasi belum bisa menyentuh ke semua titik terparah. Selain karena sudah memasuki malam dan listrik belum berfungsi, cuaca pun tidak mendukung. Pasalnya, sedari sore hujan tak kunjung berhenti membasahi Mamuju hingga saat ini.

Salah satu warga Mamuju, Trisno R, mengatakan masyarakat di Mamuju cemas bercampur rasa ketakutan menyusul adanya informasi bahwa akan ada gempa bumi susulan yang lebih besar daripada yang sebelumnya.

Akibatnya, banyak masyarakat di kota itu memilih untuk meninggalkan permukiman mereka dan mengungsi ke tempat tinggi karena takut gempa bumi yang disusul tsunami terjadi.

“Sudah banyak orang naik ke perbukitan mengungsi. Keluarga saya juga sudah saya amankan ke sana,” akunya saat dihubungi melalui sambungan telepon seluler dari Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, tadi malam.

Trisno mengaku suasana di Mamuju mencekam. Informasi yang simpang siur beredar itu membuat rasa ketakutan di tengah masyarakat meninggi.

Parahnya, selain banyak yang mengungsi ke tempat tinggi, banyak juga yang memilih mengungsi ke Kabupaten Mamuju, Pasangkayu, hingga ke Kota Palu, Sulawesi Tengah.

“Sampai sekarang jalanan keluar Mamuju itu macet karena banyak orang mau keluar kota,” terangnya.

Warga Mamuju lainnya, Abdul Majid, menambahkan, saat ini situasi di Mamuju memang belum kondusif. Tidak ada aktivitas lain yang bisa dilakukan warga kecuali mengungsi.

“Kami ini sekeluarga keluar Mamuju menuju Palu untuk mengungsi ke rumah keluarga. Takutlah kami karena ada informasi mau gempa bumi susulan dan tsunami,” ungkapnya saat ditemui singgah makan bersama keluarganya di salah satu warung makan di Topoyo.

Majid menyebutkan rumah yang di tempatinya di dalam kota retak di beberapa bagian. Begitu pun beberapa rumah tetangganya. Tidak hanya itu, beberapa perkantoran termasuk Kantor Gubernur yang sempat dilihatnya rusak parah. Begitu pun dengan beberapa fasilitas umum di dalam kota.

“Banyak rumah rusak di dalam kota, termasuk rumah kami. Itu semua bikin kami keluar meninggalkan Mamuju. Sebenarnya bukan takut, tapi kami cemas saja kalau benar gempa susulan. Apalagi, sampai tsunami,” paparnya. (M Taufan SP Bustan/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik