Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau KLHK sekitar pukul 09.00 WIB, Minggu (20/12), telah melakukan pelepasliaran Harimau Sumatra betina bernama Corina ke habitatnya. Yaitu di kawasan Restorasi Ekosistem Riau di Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau. Kawasan ini merupakan hutan rawa gambut dengan luas sekitar 700 ribu hektare (Ha).
Pelepasliaran Corina dipimpin langsung oleh Wiratno, Direktur Jenderal KSDAE Kementerian LHK. Ikut serta dalam pelepasliaran antara lain tim Balai Besar KSDA Riau, Tim Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dhamasraya (PRHSD) Arsari Djojohadikusumo, serta tim APRIL/ RER - PT. Gemilang Cipta Nusantara.
Kepala BBKSDA Riau Suharyono mengatakan penentuan lokasi release dilakukan berdasarkan hasil kajian kesesuaian habitat oleh Tim Pakar yang dipimpin oleh Prof. Satyawan Pudyatmoko dari Fakultas Kehutanan UGM.
"Kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan para pihak, yakni Direktur Jenderal KSDAE, Pimpinan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra, Pimpinan Yayasan Arsari Djojohadikusumo dan Pimpinan APRIL/PT. Gemilang Cipta Nusantara, yang telah mendukung upaya penyelamatan Corina ini. Semoga Corina dapat bertahan di alam dan dapat berkembang biak, sehingga populasi Harimau Sumatra semakin meningkat. Kami juga berharap, semakin banyak satwa yang terselamatkan dan tidak ada lagi satwa yang mati atau terluka akibat jerat," kata Suharyono, Minggu (20/12).
Ia menjelaskan, dukungan para pihak dalam penyelamatan satwa liar sangat diperlukan. Hal itu karena upaya konservasi harus dilakukan bersama-sama. "Ke depan, BBKSDA Riau dan Mitra terus melakukan kampanye 'Operasi Sapu Jerat' terutama di wilayah kawasan konservasi dan di seluruh habitat Harimau Sumatra, termasuk di seluruh Semenanjung Kampar," ungkapnya.
Suharyono menerangkan, penyelamatan Harimau Sumatra bernama Corina diawali dari informasi manajemen PT. RAPP pada 28 Maret 2020, pukul 16.00 WIB bahwa salah satu pekerja lapangan melihat satwa Harimau Sumatra yang terjerat di areal Estate Meranti, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Pada keesokan harinya, pada 29 Maret 2020, pukul 12.30 WIB, tim medis Balai Besar KSDA Riau berhasil membuka jerat Harimau Sumatra yang berjenis kelamin betina tersebut. Dan diketahui bahwa kaki kanannya mengalami luka yang sangat serius.
Memperhatikan kondisi tersebut, lanjutnya, Harimau Sumatra yang diberi nama Corina tersebut dititipkan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) untuk menjalani perawatan yang intensif.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, diperkirakan bahwa Corina berusia sekitar 3 tahun, berat badan 77,8 Kg. Kondisi luka kaki depan kanan cukup dalam dan lebar dengan tendon yang masih utuh. Di samping itu, berdasarkan hasil laboratorium diketahui bahwa Corina mengalami Anemia Makrositik Normokromik (Non regenerasi), yaitu anemia atau kekurangan darah karena kurangnya asupan nutrisi dan deep laserasi atau luka yang dalam. Corina dirawat secara intensif di kandang karantina untuk memperhatikan perkembangan luka jerat pada kaki kanan serta kondisi kesehatannya.
Setelah dilakukan perawatan secara intensif di kandang karantina, Corina dipindahkan ke kandang enklosur untuk diobservasi perilaku dan kemampuannya dalam menangkap mangsa yang diberikan.
Dalam pemantauan secara berkala selama 9 bulan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya, kondisi kesehatan dan perilaku Harimau Sumatra Corina semakin lebih baik dan berat badannya bertambah menjadi ± 89 Kg. Sehingga diputuskan untuk dapat dilakukan pelepasliaran kembali ke habitatnya.
Pada 14 Desember 2020, Corina dipindahkan dari Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya ke lokasi habituasi sebelum dilakukan pelepasliaran atau release dengan menggunakan helikopter. Yakni dengan kandang angkut atau transport di dalam cabin dengan waktu terbang sekitar 1,5 jam.
Corina diobservasi pada kandang habituasi yang telah disiapkan pada lokasi pelepasliaran dan pada 17 Desember 2020 dilakukan pemasangan GPS Collar dengan Satelit Iridium, untuk keperluan pemetaan wilayah jelajahnya dan bermanfaat dalam antisipasi terulangnya satwa tersebut kembali terjerat.
Pemantauan dilakukan melalui Aplikasi Africa Wildlife Tracking (AWT), yang saat ini sudah dapat dipantau. Umur baterai maksimal 2 tahun, dan akan lepas secara otomatis, pada bulan Oktober 2022. Selain itu, untuk memudahkan pemantauan pada saat coverage satelit GPS terbatas, dipasang pula transmitter radio yang dapat dipantau langsung menggunakan receiver radio tracking dengan system trianggulasi. (RK/OL-10)
Kedua tersangka merupakan anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) di kampus UIN Suska Riau.
Peluncuran ini akan dilakukan langsung oleh Gubernur Riau Abdul Wahid sebagai bentuk komitmen penuh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menyukseskan program Presiden Prabowo.
Keputusan untuk memperpanjang status tanggap darurat merupakan bentuk komitmen Pemprov Riau dalam penanganan Karhutla.
Menteri KLH/BPLH, Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa dunia usaha harus mengambil peran aktif dalam pencegahan dan penanggulangan karhutla.
"Jadi saat wilayah yang mudah terbakar meluas, kami mohon bantuan, dukungan yang berada di Provinsi Riau benar-benar menjaga jangan sampai lahan itu terbakar,"
Polda Riau sedang terus menginvestigasi motif para tersangka di balik insiden Karhutla.
Sepasang anak harimau sumatra dari pasangan indukan harimau Gadis dan Monang ini lahir pada 26 Januari 2025 di Sanctuary Harimau Sumatra Barumun, Padang Lawas, Sumatra Utara.
HARIMAU Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae) dipastikan sedang berkeliaran di PT Wilmar persisnya kawasan Pabrik Goni Km 110 Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Riau.
SEORANG pekerja perkebunan di Pelalawan, Riau, tewas diterkam seekor harimau sumatra, Kamis, (13/3). Kejadian itu menambah daftar panjang konflik manusia dengan Harimau Sumatra.
Konflik satwa Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) dengan manusia di Kabupaten Pelalalawan, Riau, menyebabkan seorang pekerja kehutanan tewas diterkam.
INVESTIGASI Polsek Rokan IV Koto, Koramil Rokan IV Koto, dan Yayasan Arsari, menghasilkan terungkapnya enam orang tersangka kasus kematian harimau sumatra akibat jerat di Riau.
Satwa mencakup semua jenis hewan, mulai dari yang berukuran kecil seperti serangga, hingga hewan besar seperti gajah dan paus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved