BMKG Kembangkan Inovasi Deteksi Dini Tsunami Hanya Tiga Menit

Ardi Teristi Hardi
07/12/2020 12:47
BMKG Kembangkan Inovasi Deteksi Dini Tsunami Hanya Tiga Menit
Warga menikmati pemandangan di dekat masjid terapung yang amblas ke laut akibat tsunami di pantai Kampung Lere, Palu, Minggu (27/9/2020)/(ANTARAFOTO/Basri Marzuki)

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mulai mengembangkan inovasi teknologi dengan melahirkan Warning Recevier System New Generation (WRS-NG) sejak 2019. Inovasi ini memberikan informasi gempa bumi pada menit kedua setelah terjadinya gempa bumi, dan peringatan dini tsunami mulai menit ketiga sampai menit keempat setelah gempa bumi terekam seperti halnya di Jepang. Hal itu disampaikan oleh Kepala BMKG Dwikorita dalam keterangan tertulis, Senin (7/12). 

Sejak 2008 hingga 2018, peringatan dini tsunami di Indonesia yang disebarkan oleh BMKG melalui BNPB dan BPBD baru mencapai pada menit ke lima setelah guncangan gempa terekam seismograf. 

Dwikorita menyebutkan bahwa Jepang sudah mampu memberikan peringatan dini tsunami pada menit ketiga setelah gempa bumi terekam seismograf. Peringatan dini tersebut secara otomatis seketika dapat disebarluaskan melalui berbagai kanal komunikasi, baik melalui SMS blasting, media sosial @infoBMKG, telegram, Aplikasi Mobile Phone Info BMKG, Youtube, televisi,  dan website.

Dwikorita menjelaskan juga belajar dari pengalaman kejadian tsunami yang tidak lazim (inconventional tsunami), seperti yang terjadi di Palu pada 2018, waktu datangnya tsunami pada menit ke 2 dan ke 3. Berarti lebih cepat dari peringatan dini. Oleh sebab itu saat ini BMKG sedang berupaya memberikan peringatan dini pada menit kedua hingga ketiga  setelah gempa bumi terjadi.

Bahkan, BMKG juga menyiapkan tambahan kanal komunikasi khusus melalui HT agar Peringatan Dini dapat tetap tersebar ke masyarakat meskipun jaringan internet, telpon selular, ataupun listrik lumpuh saat terjadi gempa bumi.

Ia mencontohkan Stasiun Geofisika BMKG di Banjarnegara berinovasi dengan Multihazard Early Warning System dalam tampilan WRS-NG. Sistem tersebut menampilkan multiinformasi peringatan dini, baik cuaca, iklim, gempa bumi, hingga perkembangan informasi terkait protokol kesehatan Covid-19.

Di kantor Kecamatan Kretek, Wonosobo, BMKG juga telah memasang alat pemantau gempa bumi untuk memantau gempa megathrust.  Alat tersebut merupakan bagian dari sistem jaringan nasional. Sensor di Wonosobo ini dapat memonitor patahan-patahan yang diduga masih bergerak aktif, yang ada di Pulau Jawa bagian tengah. Bahkan, gerakan-gerakan patahan yang sangat lokal dan dangkal di permukaan bisa terdeteksi.

Ia menyebut, fakta dan data telah menunjukkan, Tsunami di Indonesia dapat terjadi secara tidak lazim, yaitu sangat cepat karena sumber pembangkit tsunami sangat dekat dengan pantai, seperti yang terjadi di Palu pada 2018.

Oleh sebab itu, masyarakat tidak dapat hanya bergantung pada kemajuan teknologi sudah ada. Namun, masyarakat juga harus tetap memelihara dan menerapkan kearifan lokal yang ada, yaitu penyelamatan diri secara evakuasi mandiri.

"Meski teknologi terus berkembang, tetapi belum bisa menandingi tsunami yang datangnya sangat cepat seperti kejadian di Palu. Oleh karena kearifan lokal tetap harus diterapkan oleh masyarakat," jelas Dwikorita.

Saat merasakan goyangan gempa bumi, itulah peringatan dini. Masyarakat tidak perlu menunggu lagi peringatan dini dari BMKG atau menunggu sirene berbunyi. Mereka segera mengevakuasi diri atau lari menuju ke tempat yang lebih tinggi dan aman.

"Teknologi secanggih apapun tidak akan berguna jika masyarakat tidak siap dalam mengantisipasi dan menghadapi bencana tsunami yang kemungkinan akan terjadi," terang dia.

baca juga: Angin Kencang Robohkan Bangunan Istana Kerajaan Sikka

Selain mengecek sejumlah peralatan operasional, Dwikorita juga menyempatkan diri bertemu dengan kepala daerah dan pemangku kepentingan dalam penanganan  bencana seperti BPBD. Ia menegaskan, BMKG akan selalu mendukung BPBD dalam kesiapsiagaan menghadapi potensi gempabumi dan tsunami di setiap daerah serta mengantisipasi cuaca ekstrem dalam mewujudkan zero victim.

Dwikorita juga mengingatkan agar perlunya pemetaan wilayah dan penataan ruang di daerah yang rawan bencana baik bencana gempa bumi ataupun longsor di dataran tinggi tersebut.(OL_3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya