Angin Kencang Robohkan Bangunan Istana Kerajaan Sikka

Gabriel Langga
07/12/2020 11:13
Angin Kencang Robohkan Bangunan Istana Kerajaan Sikka
Bangunan istana Kerajaan Sikka yang roboh diterpa angin kencang.(MI/Gabriel Langga)

HUJAN deras ditambah angin kencang melanda Dusun Sikka, Desa Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Jumat (4/12), akhirnya merobohkan bangunan istana Raja Sikka yang selama ini tidak pernah terawat.

Rumah panggung dengan panjang dan lebar 20 x 15 meter yang ditopang dengan kayu harus roboh. Rumah yang beratapkan ilalang yang pernah ditempati oleh Raja Sikka Don Alexius Alesu Ximenes da Silva itu harus tersapu angin.

Ketua RT 05, Dusun Sikka, Desa Sikka Yonas Mbawa saat ditemui mengaku sebelum angin kencang merobohkan istana raja itu. Atapnya sudah banyak rusak. Ditambah lagi tidak ada dinding yang menutup keseluruhan rumah. Padahal bangunan tersebut adalah bangunan bersejarah Kerajaan Portugis di Sikka. 

"Hari Sabtu (5/12), pagi, saya yang datang bersihkan atap ilalang yag sudah jatuh ke tanah dan menutup jalan yang biasa dilewati oleh warga. Saya pindahkan atap ilalang dan beberapa kayu yang tumbang," kata Yonas, Miggu (6/12).

Yonas membenarkan bahwa bangunan yang roboh adalah istana dan kediaman raja Sikka yang disebut Leo Gete. Kondisi bangunan tidak dirawat. Kepala Desa Sikka Ignasius Mikhael Riwu membenarkan bahwa istana raja Sikka roboh akibat angin kencang. Menurutnya pemerintah desa ada keinginan merenovasi rumah Lepo Gete tersebut. Namun renovasi ini masih menunggu negosiasi antara Pemkab Sikka dengan ahli waris dari keturunan raja Sikka.

"Kita bisa menggunakan dana desa untuk merenovasi bagunan tersebut untuk pengembangan potensi wisata budaya. Tetapi sampai saat ini belum diserahkan oleh ahli waris ke Pemkab Sikka atau ke pihak desa," ujar Ignasius.

Istana Sikka dulunya adalah pusat pemerintahan Kerajaan Sikka dalam rentang waktu cukup lama, periode masa penjajahan Portugis abad XVI dan Belanda abad ke XVII.

"Istana Raja atau Lepo Gete atau ini pernah menjadi pusat kontak budaya antara penduduk Sikka dan bangsa asing seperti Portugis dan Belanda," ungkap dia.

baca juga: Banjir di Aceh Meluas di Tiga Kabupaten

Sementara itu anggota DPRD Sikka, Filario Charles Bertrand mengaku sudah lama ia mengusulkan ke pemerintah untuk segera merenovasi istana raja Sikka. Namun kendala dihadapi Pemkab Sikka adalah belum ada penyerahan dari ahli waris ke pemerintah.

"Sampai kapan pun belum ada penyerahan dari ahli waris kepada pemerintah, maka akan sulit untuk direnovasi. Padahal rumah itu merupakan peninggalan sejarah di Sikka dan pernah ditinggali oleh beberapa raja Sikka," ujar CXharles. (OL-3)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya