Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
WARGA Desa Nitung Lea, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) rela bergotong royong memikul trafo PLN demi program Presiden Joko Widodo, Indonesia terang yang menerangi daerah tertinggal yang berada di wilayah kepulauan itu.
Berdasarkan pantauan mediaindonesia.com, untuk satu buah alat trafo PLN, ada sekitar 20 orang warga Desa Nitung Lea yang memikul alat tersebut.
Alat yang digunakan untuk memikul trafo PLN itu menggunakan bambu. Bobot berat alat travo itu diperkirakan satu ton. Mengingat untuk menuju ke lokasi tersebut tidak bisa menggunakan kendaraan.
Baca juga: Longsor Sempat Tutup Akses ke Tujuh Desa di Tasikmalaya
Jarak yang ditempuh untuk memindahkan trafo ke lokasinya itu sekitar dua kilometer.
Jika dipikir dengan akal sehat, kegiatan ini sepertinya mustahil dengan mengandalkan tenaga manusia. Namun, dengan semangat gotong royong yang menjadi filosofi warga setempat, proses mengangkat dan memindahkan alat trafo milik PLN bisa dilakukan dengan melewati beberapa rintangan seperti jalannya mendaki dan melewati jembatan yang terbuat dari bambu.
Awalnya, satu buah alat trafo PLN tersebut diikat dengan beberapa bambu yang berukuran panjang. Bambu tersebut menjadi alat bantu mengangkat trafo tersebut.
Bambu tersebut dipikul secara bersama-sama untuk mempermudah mengangkat alat travo ini menuju ke lokasi baru. Walaupun hanya berjarak
2 kilometer dari lokasi baru, proses angkat alat trafo ini terbilang sulit. Namun berkat kebersamaan alat trafo ini mudah dipikul.
Tidak jarang warga harus berkali-kali menurunkan trafo tersebut karena terlalu berat, lalu diangkat kembali. Untuk sampai di tujuan, bisa memakan waktu hingga berjam-jam. Namun, masyarakat tetap semangat.
Dengan kekompakan dan semangat gotong royong, warga Desa Nitung Lea akhirnya berhasil meletakkan alat trafo yang sudah dipersiapkan tempatnya.
Bukan saja alat trafo yang dipikul oleh warga Desa Nitung Lea, namun juga tiang listrik PLN yang berukuran 9-12 meter. Itupun juga dipikul secara bergotong royong. Yang mana satu tiang listrik bisa dipikul sekitar 20-25 orang.
Apa yang dilakukan warga Desa Nitung Lea itu membuktikan kerinduan akan listrik sangat tinggi. Pasalnya, sejak Indonesia merdeka yang sudah berusia 75 tahun ini, warga Desa Nitung Lea belum merdeka akan listrik seperti desa yang lain di Indonesia.
Salah satu anggota DPRD Kabupaten Sikka, Yoseph Karmianto Eri kepada mediaindonesia.com, Kamis (19/11) menyampaikan warga yang berada di Kecamatan Palue, termasuk yang ada di Desa Nitung Lea budaya gotong royong sudah ditanamkan sejak dari dulu apalagi dalam sifat pembangunan.
"Saya memberikan apresiasi budaya gotong royong mereka. Ini bukti antusias warga tentang listrik sangat tinggi," ungkap Yoseph Karmianto Eri yang juga Wakil Ketua DPRD Sikka.
Politisi PKB ini berharap delapan desa sampai tingkat dusun bisa menikmati listrik yang sudah didambahkan sejak lama.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Pemerintah dan pihak PLN yang sudah peduli akan listrik bagi warganya yang ada di kepulauan itu," ungkap dia.
Sementara itu, Kadis Perumahan dan Kawasan Permukiman Sikka Femi Bapa menjelaskan, saat ini, PLN sudah memasang tiang dan jaringan menuju ke beberapa desa dan dusun yang ada di Kecamatan Palue, wilayah Kabupaten Sikka.
"Tahun ini dibangun jaringan. Tahun depan akan dibangun PLTS usai pembebasan lahan seluas 2,5 Ha," ungkap Femi Bapa
Ia menjelaskan, soal pembebasan lahan sudah ada penetapan lokasi oleh Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo yang diserahkan kepada PLN.
"Surat dari Bupati Sikka soal lokasi pembangunan PLTS ini sudah ada di PLN sehingga menjadi dasar pembangunan PLTS tahun depan," papar Femi Bapa
Femi Bapa mengungkapkan, rencananya, jaringan PLTS akan melayani tujuh desa dan khusus Desa Lidi akan dibangun jaringan tersendiri.
"Khusus Desa Lidi akan dibangun PLTS sendiri karena lokasi agak jauh dari Ladolaka. Saya memberikan apresiasi kepada warga Desa Nitung Lea yang terlibat langsung dalam pembangunan jaringan listrik tersebut," pungkas Femi Bapa. (OL-1)
MATERIAL vulkanis yang terus-menerus keluar dari Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Wunopito, Kota Lewoleba.
Jelajahi Manta Point Labuan Bajo, spot menyelam terbaik untuk bertemu pari manta. Temukan tips, lokasi, dan pengalaman seru di sini!
ERUPSI Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 18 Juni 2025 memengaruhi sejumlah aktivitas penerbangan di wilayah timur Indonesia.
Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, erupsi lima kali pada Selasa malam (17/6) dengan tinggi letusan mencapai 5.000 meter.
Cross Border Fest bukan sekadar hiburan dan musik, tapi juga perayaan identitas, menyatukan dua budaya dalam semangat persatuan dan keberagaman.
Keberhasilan menjadikan kedua SD tersebut sebagai tim siaga bencana melalui pembuatan denah risiko bencana, mengantongi SK Tim Siaga Bencana (TSB), miliki SOP gempa bumi, dan rencana aksi.
Kematian tragis ibu hamil Maria Yunita dan bayinya di Kabupaten Sikka, NTT, memicu kecaman keras dari masyarakat dan organisasi masyarakat sipil di wilayah tersebut.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka mendukung penuh pelaksanaan Festival Maumerelogia 5 yang akan berlangsung pada 15-24 Mei 2025.
Sebanyak empat orang yang diduga sebagai aktor intelektual di balik kasus Hak Guna Usaha (HGU) Tanah Nangahale di Kecamatan Talibura, Kabupaen Sikka, dilaporkan ke Polda NTT.
SEJAK tanggal 25 Januari 2025 hingga hari ini, publik masih dikejutkan oleh drama tanah HGU Nangahale di Maumere, Kabupaten Sikka-Flores.
Gempa dan tsunami yang pernah melanda Teluk Maumere, Kabupaten Sikka pada 12 Desember 1992 silam masih menyisakan jejak geologi yang patut menjadi pembelajaran.
SEKTOR pariwisata sangat potensial untuk menambah pendapatan masyarakat serta meningkatkan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved