Penanganan Covid-19 di Sulsel Libatkan Banyak Pihak

Lina Herlina
16/11/2020 10:27
Penanganan Covid-19 di Sulsel Libatkan Banyak Pihak
Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah (tengah) bersama jajarannya dalam tim penanggulangan covid-19 di wilayah Sulawesi Selatan(MI/Lina Herlina)

PENANGANAN virus korona atau covid-19 di Sulawesi Selatan melibatkan banyak pihak. Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah mengaku melibatkan banyak pihak atau pentaheliks, yaitu melibatkan pemerintah, akademisi, pakar, masyarakat, lembaga usaha dan media massa. Menurutnya, pemerintah tidak mungkin sendiri untuk menghadapi pandemik covid-19. Peran masyarakat maupun sukarelawan sangat dibutuhkan. 

"Tenaga kesehatan, stakeholder, relawan, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, PKK, Dekranasda dan seluruh elemen masyarakat. Serta tidak kalah penting adalah kesiapan TNI dan Polri, menjadi garda terdepan untuk bisa melewati krisis ini bersama," kata Nurdin, Senin (16/11).

Mantan Bupati Bantaeng ini pun menggaris bawahi juga keberadaan relawan yang signifikan dalam penanganan virus korona. Karena membantu tenaga medis sebagai garda terdepan dalam penanganan pandemi ini. 

"Mereka dapat bergerak cepat memberikan sosialisasi dan edukasi kepada warga. Adapun kasus pertama di Sulsel tercatat pada 19 Maret 2020," sebutnya.

Koordinator Program Psikologi Sub Bidang Medis, Bidang Koordinasi Relawan Satuan Tugas Covid-19, Endang Mariani saat bertemu Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah di Hotel Swiss Bel Jalan Ujung Pandang, yang merupakan lokasi penanganan atau isolasi masyarakat positif covid tanpa  gejala sempat membahas pentingnya relawan.

Karena Endang akan memberikan pelatihan kepada liaison officer (LO), fasilitator dan relawan covid-19 yang ada di Makassar, Gowa dan Maros yang rencananya digelar 18 hingga 25 November nanti, akan turun membantu mengedukasi dan melakukan sosialisasi secara masif tentang perubahan perilaku sebagai bentuk adaptasi kebiasaan baru.

"Mereka akan mendapat materi tentang prinsip-prinsip kerelawanan, perubahan perilaku, komunikasi efektif, isu lokal dan protokol kesehatan. Setelah itu, mereka akan menyebar ke masyarakat untuk membantu mengedukasi dan melakukan sosialisasi secara masif tentang perubahan perilaku sebagai bentuk adaptasi kebiasaan baru," ulang Endang.

Pada pelatigan diharapkan dapat tergali solusi dari kearifan lokal dari peserta. 

"Jadi saat pelatihan nanti diharapkan adanya juga kearifan lokal yang tergali. Karena adaptasi kebiasaan baru tidak dapat diseragamkan begitu saja penerapannya. Meskipun ada  prinsip-prinsip umum, masyarakat di setiap daerah punya budaya, adat istiadat dan kebiasaan masing-masing yang punya kekhasan dan tidak bisa begitu saja disamaratakan. Masyarakat Sulawesi Selatan tentu punya kearifan budaya atau kearifan lokal yang dapat digunakan untuk bisa beradaptasi dengan kondisi akibat pandemi ini," urai Endang.

baca juga: Alat Penyimpan Virus Habis, Pemeriksaan Covid-19 Dihentikan

Dia juga menjelaskan, menghadapi covid-19, penting bagaimana bisa tetap bertahan, tidak terpapar dan terkapar baik dari sisi kesehatan fisik dan psikologis, ekonomi maupun kehidupan sosial. 

"Perubahan perilaku dan adaptasi norma dan kebiasaan baru di tengah masyarakat bisa menjadi kunci dalam  pencegahan dan penanggulangan pandemi ini. Kehidupan bisa tetap berjalan tanpa harus terpenjara dengan ketakutan dan kekhawatiran," jelas Endang

"Tidak ada cara lain. Paling utama adalah, bagaimana perilaku dalam menerapkan protokol kesehatan yang tepat diterapkan di masyarakat untuk mencegah dan menekan penularan virus. Seperti penerapan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak," sambung Endang. (OL-3)


LN)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya