Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Mencari Penyebab Matinya Puluhan Babi di Manggarai Barat

John Lewar
04/8/2020 19:10
Mencari Penyebab Matinya Puluhan Babi di Manggarai Barat
Bagi milik peternak di Manggarai Barat(MI/John Lewar)

Sebanyak 45 ekor babi milik warga di Kecamatan Komodo kabupaten Manggarai Barat NTT, dilaporkan mati secara beruntun akibat virus tak dikenal. Peristiwa tersebut terjadi dalam dua pekan terakhir.

Kebanyakan babi mati dalam keadaan bunting. Bahkan ada anak babi yang baru lahir juga ikut mati bersama induknya.

Kematian babi terjadi di desa Batu Cermin kecamatan Komodo, desa Watu Langkas, Tiwu Nampar dan Golo Bilas hingga ke beberapa desa lainnya di Manggarai barat

Peternak resah karena kejadian tersebut. Pasalnya babi adalah hewan piaraan yang menjadi andalan warga dalam menjawab kebutuhan ekonomi warga. Babi bisa digunakan untuk biaya menyekolahkan anak termasuk untuk kelengkapan upacara adat.

"Kalau di RT 010, RW 001 dusun Wae Sambi desa Batu Cermin, sudah 13 ekor mati beruntun. Bahkan babi harapan untuk dijual juga mati. Padahal sebelumnya tak ada gejala. Babi-babi itu setiap hari diberi makan," ujar petenak babi bernama Epang Yohana, di Wae Sambi, Selasa (4/8).

Dia mengaku babi piaraannya sudah empat ekor yang mati. Dia mengaku takut mengonsumsi daging babi yang mati tidak wajar karena takut tertular virus dari babi.

Baca juga: Anggota Geng Motor Tertangkap Tawarkan Motor Curian di Medsos

"Begitu mati, kami langsung kubur karena kemungkinan mati karena virus. Sudah lapor petugas kesehatan hewan hingga kini belum ada solusi. Mereka menghimbau agar kami tidak konsumsi daging babi," papar Epang.

Hal serupa juga diungkapkan Marten Martinus. "Gejala awalnya, saat diberi makan, babi tak mau makan. Lalu, saat tidur berontak-berontak kemudian mati," ungkap Marten.

Padahal, imbuh Marten, makanan yang diberikan adalah makanan yang sama seperti sebelumnya. Lebih kaget lagi itu, enam ekor mendadak mati tanpa gejala.

"Ada enam ekor mendadak mati, tapi ini ukan hanya di kami. Warga lainnya juga mengalami hal yang sama. Babi mereka juga mati beruntun," lanjutnya.

Kepala Dinas Peternakan Manggarai Barat, Theresia Ney Asmon membenarkan hal tersebut.

"Data yang kita punya adalah sudah 45 ekor babi milik warga mati. Sampelnya kita ambil untuk diperiksa di laboratorium balai besar hewan di Bali. Kami sendiri belum bisa memastikan mati karena apa," kata Ney Asmon.

Dia menyebut keterbatasan sarana pemeriksaan kesehatan pada hewan menyebabkan pihaknya harus mengirim sampel hewan yang mati ke Bali.

"Tetapi kami belum bisa memastikan ini virus babi atau apa. Flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) adalah virus yang menyerang hewan babi, baik babi hutan yang liar maupun babi lokal di peternakan. Flu ini berasal dari virus family Asfarviridae. Penyakit ini belum bisa diobati karena bukan disebabkan oleh bakteri. Kami masih menunggu hasil laboratorium," pungkasnya. (OL-14)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik