Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
SUHU udara dingin menyambut di Kuanneke, kampung kecil di kaki perbukitan Desa Oebesi, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) akhir pekan lalu.
Sore itu, Kuanneke tidak terlalu ramai. Beberapa perempuan berjalan kaki sambil memikul air dalam jeriken. Mereka melintas di jalanan berbatu tak jauh dari sebuah bangunan darurat.
Bangunan berlantai tanah dengan dinding yang terbuat dari rangkaian pelepah daung gewang (Corypha utan Lamk) terlihat miring. Atapnya daun gewang dan tiang penyangga dari pohon jati dan johar. Sekelilingnya tidak terlihat bangunan lain yang mirip, hanya ada halaman luas dan tiang kokoh yang menopang Sang Saka Merah Putih berkibar.
Pada papan di bagian kiri bangunan tertulis 'SMPN 6 Amarasi Timur Satap, Kuanneke, Desa Oebesi'. Tidak ada siswa maupun guru. Sejak kegiatan belajar-mengajar tatap muka seluruh sekolah terhenti pada 15 Maret 2020 karena pandemi korona (Covid-19), sampai Sabtu (26/7), siswa belum diizinkan kembali bersekolah, termasuk 52 siswa yang menuntut ilmu di SMP darurat tersebut.
Menengok ke sisi bangunan lain, seorang anggota TNI sedang menyerut kayu. Dia salah satu dari 150 prajurit gabungan yang terlibat dalam pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-108 Tahun Anggaran 2020 Kodim 1604/Kupang yang sedang berlangsung di sana.
Amarasi Timur terdiri dari empat desa yakni Oebesi, Pakubaun, Rabeka, dan Enoraen yang seluruhnya tergolong daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), tentu sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah, TNI, Polri, dan komponen masyarakat lainnya yang disinergikan untuk meningkatkan akselarasi pembangunan di daerah.
Program TMMD mulai bergerak di Oebesi sejak 30 Juni 2020 sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat dan desa. Yakni dengan membangun dan merehabilitasi sarana dan prasarana wilayah yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat setempat.
Pelaksanaan kegiatan ini di bawah komando Kodim 1604/Kupang meliputi empat sasaran, salah satunya membangun gedung permanen SMPN 6 Satu Atap (Satap) berukuran 8,75 x 24 meter menggantikan sekolah darurat. Tiga sasaran lagi ialah membangun ruang guru bersama tiga unit water closed (wc), membangun rumah pastori Gereja Immanuel, dan rehab gedung Gereja Pentakosta.
Ada juga kegiatan nonfisik yaitu penyuluhan teknologi tepat guna, wawasan kebangsaan, kesadaran hukum, keluarga berencana, HIV dan AIDS, serta kesehatan terutama yang terkait dengan antisipasi penyebaran virus korona.
Novanda Abineno, 14, anak pendeta yang tinggal di Kampung Kuanunu, bercerita tentang kesulitan belajar di sekolah darurat yang disekat menjadi tiga ruang kelas itu.
Pada 2018, sekolah terendam banjir, yang membuat kegiatan belajar mengajar (KBM) lumpuh selama lebih dari seminggu. Saat itu, KBM pindah sementara ke gedung SD Negeri Kuanneke yang memiliki gedung permanen beratap seng, sekitar 200 meter dari sekolah darurat. Itu baru musibah pertama.
Suatu hari di awal 2020 hujan turun sangat lebat, atap bocor yang mengakibatkan air merembes ke dalam ruangan. Para siswa dan guru bahu-membahu mengeser kursi, meja, buku-buku dan papan tulis ke bagian ruangan yang bebas dari rembesan air hujan. "Atap yang bocor pernah ditutup, tetapi bocor lagi di bagian lain," cerita Novanda Abineno.
Sekitar 40 persen kursi dan meja belajar rusak terkena rembesan air hujan. Agar proses belajar mengajar berjalan dalam suasana nyaman, mereka mengambil tripleks bekas dari tempat lain untuk menutup meja dan kursi yang bocor.
Sonya Juliet Toni, 13, teman sekelas Novanda, bercerita mengenai kesibukan saat hujan turun. Mereka berlarian mengambil wadah apapun untuk menampung air hujan yang masuk ke ruangan. "Air hujan ditampung supaya tidak membuat tanah becek," kata Sonya yang ditemui di rumahnya di Kampung Bimous, dua kilometer dari sekolah.
Dalam kondisi serba terbatas seperti itu, semangat belajar Novanda, Sonya dan teman-temannya tidak pernah surut. Mereka terus berjuang untuk bisa tetap belajar. Seperti Sonya, hujan lebat di pagi hari tak membuatnya malas berangkat ke sekolah. Ia menaruh sepatunya di dalam tas buku agar tidak terkena percikan air hujan dan lumpur di jalan.
"Saya jalan kaki ke sekolah pakai sandal, di sana baru pakai sepatu," ujarnya.
Mengabdi untuk Negeri
Di sekolah itu hanya Paulus Ataupah, kepala sekolah yang berstatus aparatur sipil negara (ASN). Sedangkan wakil kepala sekolah, Yoktan Boymau dan 10 guru lainnya berstatus honorer, namun tidak pernah menerima upah dari pemerintah daerah maupun sekolah. "Semua guru honor mengabdi buat negeri tanpa menuntut imbalan dari pemerintah," kata Yoktan Boymau yang mengajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Bagi Yoktan, mencerdaskan anak-anak Amarasi saja sudah membuatnya bahagua. Dia tidak ingin ketimpangan sarana dan prasarana pendidikan yang ada, membuat kualitas siswanya kalah bersaing dari siswa di sekolah lain. Semangat itu yang membuat guru-guru urung menuntut imbalan atas jerih payah mereka. "Kalau ada perhatian dari pemerintah, pasti kami terima dengan tulus," harapnya.
Keterbatasan anggaran juga jadi soal, karena sekolah tidak mampu membeli buku-buku mata pelajaran. Salah satu jalan keluar ialah meminjam buku ke SMP Negeri 1 Amarasi Timur yang terletak di seberang sungai, tiga kilometer dari Kuanneke.
Jarak jauh ditambah kesulitan anak-anak menyeberangi sungai saat banjir, menjadi alasan mantan Kepala Desa Oebesi, Kornelius Nenoharan memelopori pembangunan SMPN 6 Satap Kuanneke pada 2017. Sekolah itu dibangun secara gotong royong oleh seluruh warga desa. Bahan bangunan dan fasilitas yang ada di dalam ruangan juga berasal dari swadaya masyarakat.
Sebagai sekolah darurat, fasilitas pendukung pembelajaran memang jauh dari layak, tetapi mulai tahun pelajaran 2020/2021, lulusan SD Kuanneke dan SD Bimous tidak perlu lagi berjibaku dengan derasnya air sungai menuju SMP Negeri 1 Amarasi Timur.Sebab, gedung baru SMPN 6 Kuanneke yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari bangunan darurat, segera diresmikan pada 29 Juli 2020. "Kami bersyukur dalam rangka TMMD tahun ini, sekolah ini mendapat berkah," ujarnya sembari tersenyum.
Semangat Cinta Tanah Air
Komandan Kodim (Dandim) 1604/Kupang Letkol Inf Jimmy Rihi Tugu menyebutkan TMMD merupakan wujud dari peran TNI membantu pemerintah daerah melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti membangun sarana jalan untuk membuka isolasi wilayah, dan sarana pendidikan di wilayah terpencil seperti di Amarasi Timur tersebut.
Kegiatan itu bertujuan membangkitkan semangat patriotisme dan cinta Tanah Air, memupuk rasa persatuan dan kesatuan serta mempertahankan pancasila sebagai dasar negara. "Mari kita bersama-sama tanamkan cinta Tanah Air dan pertahankan kedaulatan NKRI. Jangan sampai mental ideologi pancasila terkikis di tengah perkembangan teknologi yang makin canggih ini," ajaknya.
TMMD juga dipandang sebagai salah satu upaya pemerintah melalui TNI untuk membangun dan memperkuat ketahanan masyarakat, sebagai potensi kekuatan wilayah yang sangat diperlukan dalam membangun ketahanan nasional.
Semuanya itu demi menjaga tetap tegaknya NKRI, dan memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat demi mewujudkan ruang juang, alat uang, dan kondisi juang yang tangguh. Untuk itu, demi mempererat keharmonisan bersama rakyat dan mempertahankan gotong-royong sebagai ciri khas Bangsa Indonesia, dalam kegiatan TMMD ini, TNI tidak bekerja sendiri, tetapi turut melibatkan 100 warga desa .
Hemat Anggaran
Bupati Kupang Korinus Masneno bersyukur karena program TMMD sudah berlangsung berturut-turut selama 10 tahun terakhir di wilayahnya. "Saya senang sekali karena di hari tua begini, masih sanggup memikul tanggungjawab besar membangun masa depan anak-anak," ujarnya.
Untuk TMMD di Amarasi Timur, anggaran yang dialokasikan sebesar Rp1 miliar dikerjakan selama 30 hari dengan kualitas bangunan terbaik. Beda jika dikerjakan kontraktor, kebutuhan anggaran sekitar Rp2 miliar.
"Kalau gedung-gedung ini dibangun melalui tender, waktu kerjanya sampai 120 hari dan anggaran yang dikeluarkan mencapai Rp2 miliar atau hemat Rp1 miliar," katanya.
Bagi Korinus, ada tiga keuntungan yang diperoleh daerah dari program TMMD yaitu efisiensi keuangan, waktu, dan kualitas bangunan. Model kerjasama dengan TNI seperti itu akan tetap dipertahankan, apalagi banyak sekolah darurat yang masih tersebar di kampung-kampung.
Baca Juga: Keberlangsungan Proses Belajar di Sekolah Darurat Minim Perhatian
Dia menyebutkan, dari 24 kecamatan di Kupang , hanya Kecamatan Kupang Timur yang seluruh sekolah telah memiliki bangunan permanen. "Saya pikir bangun sekolah secepat ini, kenapa kita tidak sama teman-teman TNI saja. Daripada kita bekin proyek rumit-rumit, TMMDnya saja yang kita perkuat anggarannya. misalnya Rp2 miliar sampai Rp3 miliar, kita dapat 8-9 obyek," katanya.
Hal senada disampaikan Ketua DPRD Kabupaten Kupang Daniel Taimenas. Dia menyambut program TMMD di Amarasi Timur serta peran aktif dari masyarakat mensukseskan kegiatan tersebut. "Efektif dan ternyata luar biasa, ke depan kita akan tingkatkan lagi anggarannya," janjinya.
Novanda dan Sonya pun sangat berharap setelah gedung sekolah diresmikan pada 29 Juli 2020, dan pandemi berlalu, mereka akan kembali ke sekolah. Mereka senang karena akan belajar di tempat ruang kelas yang bagus, bebas dari lumpur dan banjir. "Saya sangat senang karena bapak-bapak TNI bangun kami punya sekolah. Terima kasih TNI," kata Novanda.
Matahari semakin condong ke barat, Semburat sinarnya menyoroti sisi kiri gedung baru SMPN 6 Amarasi Timur memunculkan siluet indah di sore itu. Satu per satu pekerja, prajurit TNI dan warga berkumpul dalam barisan
mengakhiri pekerjaan hari itu. (OL-13)
KOMUNITAS Bidara di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, melakukan kegiatan sosialisasi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bagi para pemuda, pelajar, nelayan, petani, mahasiswa.
Indonesia Eximbank (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia/LPEI) meluncurkan program Desa Devisa Tenun NTT untuk memberdayakan para penenun tradisional di wilayah NTT.
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan proyek ini akan berlalan selama enam tahun dengan menargetkan sekitar 45.000 rumah tangga petani.
CUACA buruk yang melanda perairan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam sebulan terakhir bikin tangkapan nelayan menurun drastis.
Dua bandara di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih tutup akibat erupsi Gunung Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata dan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur.
GUNUNG Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali alami erupsi pada Selasa, 8 Juli 2025 petang, tepat pukul 16.08 WITA.
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menyampaikan pesan pada seluruh murid baru madrasah untuk menjadi pemimpin bangsa di masa depan yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa jujur.
Banyak sekolah, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), masih menghadapi kendala dalam memaksimalkan penggunaan Chromebook.
Hari ini menandai dimulainya secara resmi kegiatan belajar-mengajar di Sekolah Rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia.
Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) bukan masa perpeloncoan atau masa senioritas
Sementara itu Kepala SDN Kertasari 3, Sofia Widawaty, menjelaskan bahwa kini sekolah yang dipimpinnya hanya memiliki 18 siswa aktif.
Data 2024 menunjukkan angka partisipasi sekolah (APS) untuk usia 16–18 tahun di Banten baru mencapai 71,91%, masih di bawah rata-rata nasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved