Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Guru SD di Sragen Datangi Siswa untuk Lakukan Pembelajaran

Widjajadi
24/7/2020 15:38
Guru SD di Sragen Datangi Siswa untuk Lakukan Pembelajaran
Proses Belajar di Tengah Situasi Pandemi Korona, Guru SDN Kedung Waduk 1 Sragen Memilih Mendatangi Siswa(MI/Widjajadi)

KEGIATAN belajar mengajar di Tanah Air berubah drastis kala dilanda wabah covid-19. Pemerintah pun memutuskan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah dengan model daring.

Namun, sejumlah guru sekolah dasar (SD) di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, lebih memilih mendatangi siswa ke rumahnya daripada menggunakan pembelajaran jarak jauh model daring.

Alasannya, karena banyak siswa tidak mempunyai laptop atau ponsel pintar. Jaringan internet pun kadang susah, sehingga proses belajar daring dikhawatirkan tidak bisa maksimal.

"Karena itu sebagai guru kelas, saya memilih mendatangi siswa di rumah. Proses belajar berlangsung di rumah atau di musala," kata guru SDN Kedung Waduk 1, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Sri Sumarsih.

Dia tidak melakukan sendiri, kolega sesama guru SDN Kedung Waduk 1 pun juga melalukan hal sama, yakni jemput bola seperti mendekat ke rumah siswa sejak tahun ajaran baru 2020/2021 dimulai di tengah pandemi covid-19.

Proses pembelajaran numpang di rumah warga atau di musala, dengan menerapkan protokol kesehatan, menggunakan masker dan menjaga jarak. Sekali mengajar hanya berisi satu kelompok, terdiri 5-6 siswa. Lama proses belajar 2 - 3 jam, dan dilaksanakan 2 - 3 hari dalam seminggu.

"Sesuai protokol kesehatan, tiap kelompok hanya 5-6 siswa, begitu selesai pindah ke kelompok siswa yang ada di kampung lain. Jadi putar tiap hari, ya harus sabar," imbuh dia.

Baca juga: Tidak Ada Internet, Guru Bentuk Kelompok Belajar di Rumah

Dia berharap, dengan menggunakan kurikulum 13 atau kurikulum tematik, hasilnya akan lebih efektif. Sri Sumarsih memiliki 24 siswa yang dibagi dalam lima kelompok.

"Dengan jumlah siswa yang sedikit, mudah mudahan hasilnya bisa efektif," tuturnya.

Para siswa cukup senang dihampiri guru di rumah atau kampungnya, kemudian belajar di musala atau menumpang di rumah warga. Namun, mereka mengaku lebih senang proses pembelajaran di sekolah, karena bisa bertemua banyak teman dan senda gurau.

"Entah sampai kapan pandemi bisa berakhir. Tetapi kita tetap sabar dengan model jemput bola ini, biar siswa tetap bisa belajar dengan cara efektif," pungkasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya