Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Status Waspada, Masyarakat Lereng Merapi Jangan Panik

Ardi Teristi Hardi
18/7/2020 09:03
Status Waspada, Masyarakat Lereng Merapi Jangan Panik
Kawah Gunung Merapi terlihat dari Desa Srunen, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.(ANTARA/Hendra Nurdiyansyah )

KEPALA Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, Dr Agung Harijoko meminta masyarakat tidak panik, tetapi tetap meningkatkan kewaspadaan menghadapi aktivitas Gunung Merapi. Ancaman bahaya masih berada pada radius tiga kilometer dari puncak Merapi.

"Tetap tenang dan jangan panik. Ikuti arahan dan patuhi rekomendasi yang disampaikan oleh BPPTKG atau BPBD setempat," jelas dia dalam keterangan resmi, Sabtu (18/7).

Masyarakat juga diharapkan untuk terus memantau informasi terkait Gunung Merapi dari sumber yang kredibel melalui website maupun media sosial Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Dia menyampaikan bahwa hingga saat ini BPPTKG Yogyakarta masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada. Dengan kata lain, belum ada peningkatan potensi bahaya dari aktivitas Gunung Merapi. Ancaman bahaya masih berada pada radius tiga kilometer dari puncak Merapi.

"BBPTKG menyatakan ada penggembungan di tubuh Merapi yang mengindikasikan ada magma yang bergerak di dalamnya, tapi masih lebih kecil dibanding deformasi sebelum erupsi 2010," jelas dosen Teknik Geologi UGM ini.

Agung Harijoko menjelaskan, pergerakan magma tersebut bisa berlanjut dengan erupsi. Namun bisa juga tidak berlanjut erupsi.Apabila terjadi erupsi, maka kemungkinan erupsi yang akan terjadi bisa berupa erupsi efusif yang membentuk kubah lava atau berupa erupsi eksplosif dengan letusan yang kuat.

"Erupsi Merapi bukan baru saja terjadi, tapi sudah berlangsung lama yakni sejak keluarnya kubah lava pada 2018 lalu," terangnya.

Dia mengatakan bahwa BBPTKG terus melakukan pemantauan terhadap aktivitas Merapi dengan baik. Namun dia menilai masyarakat perlu untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari erupsi gunung api sebagai upaya mitigasi bencana. Bahaya utama saat terjadi longsoran kubah dengan volume besar adalah terbentuknya awan panas atau yang dikenal masyarakat Jawa dengan sebutan wedhus gembel. Selain itu, ancaman abu vulkanik bisa menyebabkan gangguan pernafasan.

baca juga: Merapi Keluarkan Guguran dan Suara Gemuruh

"Saat terjadi hujan abu, masyarakat diharapkan memakai masker untuk mencegah partikel-partikel abu halus terhirup ke tubuh," terangnya.

Setelah erupsi berakhir, masyarakat juga perlu mewaspadai ancaman lahar dingin saat musim penghujan. Curah hujan dengan intensitas tinggi akan membawa material vulkanik dari letusan gunung yang berada di lereng gunung atau hulu. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya