Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Merindukan Dering Suara Ponsel Bersautan di Desa Belangian

Denny Susanto
17/7/2020 08:34
Merindukan Dering Suara Ponsel Bersautan di Desa Belangian
Warga Desa Belangian selama ini hingga kini tidak bisa menikmati komunikasi seluler karena menjadi daerah blank spot dan tertinggal.(MI/Denny Susanto)

SENYUM sumringah terpancar di wajah para penumpang sebuah perahu motor saat hendak merapat di pelabuhan Tiwingan Lama, tepi waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Kegembiraan mereka tidak hanya karena akan tiba di kota kecamatan tetapi juga karena sebentar lagi mereka memasuki wilayah yang memiliki jaringan seluler.

Suara dering telepon genggam seolah bersaut-sautan. Beberapa dari mereka sibuk membuka handphone membaca notifikasi pesan watshaap dan beberapa orang lainnya dengan gembira berkomunikasi lewat handphone. Ini adalah momen bahagia bagi mereka. Para penumpang perahu motor ini adalah warga Desa Belangian, salah satu desa dari 12 desa di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar.

Desa Belangian atau sering disebut Belangian Kahung merupakan sebuah desa yang berada di bagian paling ujung waduk Riam Kanan. Untuk menjangkau  desa wisata yang terkenal dengan keindahan alam Lembah Kahung ini memerlukan waktu kurang lebih dua jam menggunakan perahu motor menyusuri waduk Riam Kanan.

Salah seorang penumpang perahu motor yang dikemudikan motoris Paman Yuli,58 adalah Fahrudin, seorang pembakal atau Kepala Desa Belangian. Hampir setiap pekan tepatnya hari Kamis (16/7) dirinya turun lembah ke kantor Kecamatan Aranio untuk mengurus keperluan menyangkut desanya. Seperti warga desa lainnya Fahrudin juga membawa hasil kebun dan ikan hasil panenan dari keramba miliknya untuk dijual. Biasanya di pelabuhan sudah ada pengepul langganan yang akan membeli hasil panen kebun maupun ikan.

"Hingga kini tidak ada jaringan telepon seluler di desa kami. Ini cukup menyulitkan kami. Sinyal ada muncul di kawasan hutan dan perbukitan berjarak 1,5 kilometer dari desa. Di salah satu rumah warga juga kadang-kadang muncul sinyal telepon tetapi hanya bisa kirim pesan singkat (sms) itupun baru terkirim cukup lama," tutur Fahrudin yang menyebut kondisi serupa juga dialami desa-desa lain di sekitar desanya.

Bagi orang kota, datang ke Desa Belangian bisa membuat mati angin, terlebih bagi mereka yang kesehariannya tidak lepas dari internet dan gadget. Satu-satunya alat untuk berkomunikasi keluar desa adalah menggunakan radio amatir (orari) yang hanya ada di rumah Fahrudin selaku kepala desa.

Kunjungan Fahrudin kali ini ke kota juga untuk menitipkan anaknya yang baru masuk sekolah menengah ke rumah saudaranya di Kota Banjarbaru. Pasalnya di tengah situasi pandemi saat ini pihak sekolah memberlakukan sistem belajar daring, sementara tidak ada jaringan seluler di Desa Belangian. 

"Hanya ada sekolah SD di desa kami, jadi anak-anak warga yang ingin melanjutkan sekolah memang harus meninggalkan desa. Masa pandemi korona ini justru mereka tidak bisa tinggal di desa karena sistem belajar daring," ucap Fahrudin.

Bukan hanya kendala blank spot, Desa Belangian yang masuk kategori desa tertinggal ini juga mengalami keterbatasan pasokan energi listrik. Bagi 390 jiwa warga Desa Belangian listrik baru bisa dinikmati saat malam hari karena pihak PLN baru mengaktifkan aliran listrik pada pukul 18.00 wita hingga pagi jam 06.00 wita. Padahal desa ini berada satu jengkal dari pembangkit PLTA Ir PM Noor Riam Kanan.

Desa-desa di sekeliling waduk ini adalah desa-desa yang dulunya terkena proyek waduk dan ditenggelamkan. Penduduk terpaksa mengungsi ke daerah lebih tinggi di sekeliling waduk sehingga tercipta banyak desa dan kini berada di wilayah Kecamatan Aranio. Desa-desa tersebut antara lain Desa Tiwingan Lama, Tiwingan Baru, Liang Toman, Kalaan, Banua Riam, Bunglai, Bukit Batas, Apuai, Rantau Bujur, Balangian dan lain-lain. Hingga kini mayoritas desa-desa sekitar waduk Riam Kanan masih merupakan desa tertinggal.

baca juga: Pasar Bandungan Zona Rawan Covid-19

Zulkifli, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kalsel mengakui masih banyak desa yang belum menikmati layanan jaringan telepon di wilayah ini. Kondisi ini kerap menjadi kendala pihaknya terutama saat melakukan koordinasi dan komunikasi. 

"Masih banyak desa di Kalsel yang pembangunannya tertinggal tidak hanya infrastruktur tetapi juga layanan telekomunikasi," tuturnya.

Ribuan BTS untuk Layanan Telekomunikasi

Manager Network Service Telkomsel Banjarmasin, Fredy Siswanto, menyebut Telkomsel terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi masyarakat dan mendukung program pembangunan pemerintah. 

"Saat ini fokus pembangunan kami lebih banyak membangun BTS dengan jaringan broadband," ungkapnya.

Sejauh ini Telkomsel telah membangun lebih dari 4.700 BTS di Kalsel, dimana lebih dari 3.100 BTS di antaranya merupakan BTS 4G dan 3G. Telkomsel juga mendukung pemerintah daerah untuk memajukan pariwisata daerah dengan memperkuat jaringan broadband 4G guna mendorong terbentuknya ekosistem digital di lokasi wisata. Hingga akhir 2019 jaringan Telkomsel menjangkau 90 persen wilayah Kalimantan. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya