Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Temui Bupati Manggarai Timur, Tim Keuskupan Minta Bupati Cermat

Thomas Harming Suwarta
06/7/2020 23:21
Temui Bupati Manggarai Timur, Tim Keuskupan Minta Bupati Cermat
Tim keuskupan menemui Bupati Manggarai Timur Andreas Agas(Dok pribadi)

TIM Keuskupan Ruteng menemui Bupati Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Andreas Agas untuk membahas rencana pembangunan pabrik semen di Luwuk dan penambangan batu gamping di Lengko Lolok.

Melalui siaran pers yang diterima Media Indonesia, Senin (6/7) Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng Martin Chen menyampaikan pertemuan tersebut merupakan bentuk komunikasi yang saling memperkaya kedua belah pihak.

Baca juga: Tolak Pabrik Semen di Matim, Viktor: NTT Butuh Semen

Sebagaimana diketahui selama ini Keuskupan Ruteng berseberangan sikap dengan Bupati Mangggarai Timur yang memberikan izin lokasi untuk pabrik semen Luwuk seluas 298 hektare.

"Tadi bupati menyampaikan dampak ekonomi yang bakal diperoleh dari pabrik semen terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp48 miliar sampai Rp50 miliar per tahun. Selain itu, dampak penyediaan lapangan kerja bagi sekitar 400 warga setempat. Keuntungan ekonomi lainnya berupa sarana jalan serta geliat ekonomi yang ditimbulkan oleh pabrik semen tersebut," ungkap Chen.

Baca juga: Uskup Ruteng Tolak Rencana Pabrik Semen di Manggarai Timur

Dalam pertemuan di Kantor Bupati Manggarai Timur itu dihadiri tim Keuskupan Ruteng yang terdiri dari Vikep Borong Simon Nama, Vikep Reo Herman Ando, Komisi JPIC Keuskupan Marten Jenarut, JPIC SVD P Simon Suban, JPIC OFM P Johny Dohut, dan Valens Dulmin.

Tim Keuskupan mengingatkan Agas soal kawasan penangkapan dan penyimpanan air (karst) wilayah itu. "Kata bupati, jika ada penetapan kementerian terkait tentang hal itu dan penambangan batu gamping bakal merusak kawasan karst, bupati tidak akan memberikan izin lingkungan. Dalam hal ini bupati mengajak semua pihak untuk mengawal proses Amdal dan mencari informasi akurat dan ilmiah dari ahli geologi," lanjut Chen.

Baca juga: Bupati Manggarai Timur Apresiasi Petisi Tolak Pabrik Semen

Bupati, lanjut Chen, juga menyetujui usulan anggota tim agar Pemkab Manggarai Timur mengajukan Kawasan Bentangan Alam Karst (KBAK) terhadap wilayah tersebut bila fakta-fakta mendukung keberadaan karst tersebut.

Tim Keuskupan, lanjut dia, juga menegaskan pentingnya pembangunan manusia yang integral yang tidak terbatas pada aspek kesejahteraan ekonomi.

Selain itu, pembangunan tersebut harus terkait dengan pelindungan dan pelestarian lingkungan. "Kami meminta bupati untuk cermat dan sungguh-sungguh menimbang dampak negatif dari proyek batu gamping dan semen di atas (kehancuran ekologis, kerusakan kultural, konflik sosial, kerugian ekonomis, dan ketidakadilan antargenerasi)," ungkapnya.

Baca juga: Pandemi Semen

Dampak ekologis serius yang harus dipertimbangkan menurut Keuskupan Ruteng adalah kerusakan kawasan karst.

Sejak 2018, kawasan karst itu telah ditetapkan oleh kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam Peta Eko Wilayah. Hal ini menegaskan realitas karst wilayah ini meskipun belum ada penetapan Kawasan Bentangan Alam Karst (KBAK).

"Nah proyek gamping dan semen akan menimbulkan limbah laut dan kerusakan biota laut serta hutan bakau di Luwuk. Selain itu, terjadi pencemaran Sungai Wae Pesi, emisi udara, dan limbah tanah. Apa jaminan perusahaan dan bupati dalam mengatasi limbah-limbah tersebut?" kata Chen.

Baca juga: Penolakan Pabrik Semen di NTT Sampai ke DPR

Pabrik semen, kata dia, membutuhkan energi listrik yang sangat besar yang ditengarai menggunakan batu bara. "Kami juga ingatkan soal kehancuran hutan dan daratan (tanah) yang tidak cukup diimbangi oleh kegiatan reklamasi perusahaan. Nah, sejauh mana bupati menjamin kewajiban reklamasi perusahaan tersebut? Apalagi ada pengalaman buruk perusahaam terdahulu yang lari dari tanggung jawab reklamasi pada lubang-lubang besar mangan di Sirise," kata Chen.

Tim Keuskupan, lanjut Chen, mengusulkan agar pola pembangunan kawasan Pantura diubah dari pembangunan yang berbasis tambang menuju pembangunan holistik dan berkelanjutan yang bertumpu pada pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, dan pengembangan ekonomi kreatif. Semuanya mesti berwawasan ekologis, kultural, dan partisipatif. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya