Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ORANG Rimba atau Suku Anak Dalam di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, Sarolangun, Jambi, memilih kembali memasuki hutan karena kekhawatiran atas pandemi virus korona (covid-19).
Antropolog Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Robert Aritonang mengungkapkan ketakutan Suku Anak Dalam itu kepada Media Indonesia, Jumat (3/4).
Kekhawatiran itu, lanjut Robert, antara lain diungkapkan oleh Tungganai (Penasihat) Suku Anak Dalam di belantara Kedudung Muda dekat Taman Nasional Bukit Duabelas, Basemen.
Robert menjelaskan, Basemen mengetahui mengenai pandemi covid-19 dari pemberitaan yang didapat dari telepon seluler (ponsel).
Robert memaklumi ketakutan besar seperti yang disampaikan Basemen. Pasalnya, Suku Anak Dalam memang sangat khawatir bila mendengar kata penyakit.
Orang Rimba, jelas dia, menyebut virus korona sebagai gelaba godong atau wabah besar. Dalam situasi demikian, sesuai dengan kebiasaan turun-temurun mereka, sudah dipatutkan untuk tidak hidup berkelompok atau melakukan social distancing (menjaga jarak).
Adapun bagi warga yang dianggap sebagai pembawa wabah atau, diwajibkan diisolasi atau menjalani karantina mandiri. Dalam istilah Orang Rimba, disebut bersesandingon supaya tidak ada penularan kepada anggota kelompok yang lain.
Sehingga, lanjut dia, Orang Rimba yang sedang belajar hidup menetap di Kawasan Terpadu Permukiman Orang Rimba di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi, memilih memasuki hutan untuk mencegah interaksi dengan tiga anak Orang Rimba yang baru kembali dari Yogyakarta.
Ketiga anak itu mudik ke Jambi karena aktivitas belajar dan mengajar di sekolah di Yogyakarta ditiadakan selama pandemi korona.
"Ketakutan Tungganai Basemen tidaklah berlebihan. Sebagian anggota kelompoknya tinggal di luar hutan termasuk di perumahan sosial. Takut bawa wabah, ketiga anak tersebut dikarantina mandiri oleh kelompoknya di perumahan sosial. Sedangkan Orang Rimba yang tinggal di perumahan sosial masuk kembali ke dalam rimba," kata Robert.
"Orang Rimba sangat takut wabah. Meski sudah bertahun-tahun tidak ketemu anak, mereka akan dengan sadar melakukan pemisahan dan memilih untuk tidak bertemu dulu dengan anak mereka yang baru datang," jelas Robert.
Aktivitis KKI Warsi Sukmareni menambahkan, soal karantina (bersesandingon) atau kebijakan menjaga jarak (social distanying), sudah menjadi kebiasan turun-temurun oleh Orang Rimba. Perlakuan tersebut terutama kepada orang luar komunitas mereka.
"Orang Rimba sudah beranggapan penyakit datangnya dari luar. Kalau ada yang datang yang datang dari luar harus dikarantina dulu. Biasanya cukup tiga hari. Namun dengan wabah saat ini, sesuai dengan protokol kesehatan yang kta sosialisasikan, bersesandingon akan dilakukan dalam waktu 14 hari," beber Sukmareni.
Di saat pandemi virus korona, lanjut dia, Orang Rimba yang kembali masuk ke dalam hutan tidak tinggal secara berkelompok seperti biasanya. Mereka menyebar di dalam hutan dengan jarak antar-sudung (pondok tempat tinggal) sekitar 500 meter-1 km. Pemisahan jarak ini diyakini akan membentengi mereka dari wabah penyakit.
"Orang Rimba memang punya cara unik untuk menghentikan wabah. Mereka sudah terbiasa untuk melakukan karantina ketika ada penyakit yang dianggap menular, dengan bersesandingon, memisahkan diri antara yang sakit dan sehat. Orang yang sakit disebut berceneggo," kata Sukmareni.
Untuk menghindari dampak lebih buruk pandemi korona bagi kehidupan Orang Rimba, selain gencar melakukan sosialisasi dan edukasi soal korona, KKI Warsi sudah berkoodinasi dengan jajaran dinas kesehatan setempat, terutama untuk memeriksa kesehatan ketiga anak rimba yang kini dikarantina kelompoknya.(X-15)
Hingga saat ini PCR diagnostic test yang telah lulus uji validasi berjumlah 250 kit dari target 50 ribu kit pada akhir Mei
Peneliti menaksir 1 menit berbicara keras menghasilkan lebih dari 1.000 droplet mengandung virus yang akan tetap mengudara selama 8 menit atau lebih dalam ruang tertutup.
Situasi ini memiliki dua konsekuensi pada individu, yakni insomnia atau kantuk berlebihan. Keduanya menyebabkan kerugian fungsional
Di tiap-tiap negara, emisi turun rata-rata 26% saat puncak pembatasan wilayah di negara masing-masing. Namun, itu bersifat sementara karena tidak mencerminkan perubahan struktural
Vitamin K adalah kunci untuk produksi protein yang mengatur pembekuan dan dapat melindungi terhadap penyakit paru-paru.
Tidak ada bukti bahwa virus itu dapat ditularkan oleh serangga pengisap darah yang menyebarkan demam berdarah dan penyakit lain ketika menggigit manusia.
"Sekarang segalanya baik-baik saja di sana. Liga Tiongkok kemungkinan akan dimulai pada awal Mei. Kita harus memasukkan pemain ke karantina ketika kita tiba," ujarnya
Usulan untuk menunda Piala Eropa tahun ini akan disampaikan dalam pertemuan yang digelar UEFA pada Selasa (17/3).
Alberts mengatakan selama ditundanya kompetisi, pihak klub akan meliburkan pemain hingga beberapa hari ke depan.
Dilansir dari BBC, UEFA akan memberikan waktu kepada liga domestik untuk menyelesaikan kompetisi. Adapun kepastian jadwal Piala Eropa menjadi 11 Juni hingga 11 Juli 2021.
Praktis sudah banyak kalender olahraga yang harus dibatalkan imbas Covid-19
Pandemi corona berdanpak ke sejumlah event olahraga dunia
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved