Temanggung masih Memilah APBD Untuk Covid-19

Tosiani
03/4/2020 10:09
Temanggung masih Memilah APBD Untuk Covid-19
Petugas memasang bilik sterilisasi di perbatasan kabupaten Temanggung dengan Wonosobo di Posko Screening Covid-19 Kledung, Temanggung.(ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

PEMKAB Temanggung, Jawa Tengah saat ini tengah menghitung dan memilah kembali anggaran yang bisa dialokasikan untuk membantu memulihkan ekonomi masyarakat terdampak pandemi Covid-19. Para buruh dan pekerja harian, juga para pedagang dan masyarakat miskin mengalami dampak serius akibat Pandemi Covid-19 ini.

"Kami sedang bahas dan hitung kembali anggaran-anggaran yang bisa digunakan untuk recovery atau untuk jaring pengamanan sosial," ujar Wakil Bupati Temanggunh, Heri Ibnu Wibowo, Jumat (3/4)

Sejauh ini, kata Bowo, pihaknya telah memantau ketersediaan cadangan pangan yang tersimpan di Gudang Bulog Kabupaten Temanggung. Di samping itu, Bowo mengaku telah memastikan ketersediaan beras dari hasil panen petani di daerahnya masih mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Kami sudah cek ketersediaan pangan di Bulog dan pihak Bulog menyampaikan ketersediaan pangan bisa sampai lima bulan yang akan datang. Ketersediaan beras di petani juga cukup karena Maret-April ini lagi panen," kata Bowo.

Adapun terkait penanganan dampak keseluruhan dari pandemi Covid-19, kata Bowo,  pemkab masih menunggu instruksi selanjutnya dari pusat. Sementara ini, pihaknya berupaya menghitung dan memilah anggaran yang tidak dilaksanakan, mana yang bisa ditunda, dan mana anggaran yang bisa dikurangi. Kemudian anggaran tersebut akan dipersiapkan untuk penanganan dampak ekonomi dari Covid-19.

"Kita belum hitung berapa total kebutuhannya karena masih belum didefinisikan masyarakat yang terdampak itu seperti apa. Pengalokasiannya seperti apa dan lainnya,"ujar Bowo.

Sementara itu, para pekerja harian dan pedagang kaki lima di daerah Temanggung, mengeluhkan pendapatannya yang hilang dan berkurang karena terdampak pandemi Covid-19.

Ruslan,43, warga Madureso, Kecamatan Temanggung merasakan dampak serius dari kebijakan bekerja dari rumah untuk memutus penyebaran virus korona.Sudah lebih dari sepekan ia tidak memperoleh penghasilan sepeser pun.Sebelumnya Ruslan bekerja sebagai driver bus pariwisata yang dibayar harian.

Ia mengaku sudah hampir dua pekan diliburkan lantaran bus pariwisata tidak bisa beroperasi akibat penyebaran virus korona dan berimbas pada ditutupnya sejumlah tempat wisata. Karenanya ia tidak ada pendapatan. Biasanya sekali berangkat membawa rombongan wisata ke Surabaya, Bali, dan Malang, ia mendapat antara Rp500 ribu-Rp700 ribu. Dalam sepekan saat kondisi normal ia bisa berangkat dua kali.

baca juga: Kodim 1624 Flotim Gandeng Swasta Lakukan Penyemprotan Disinfektan

"Sejak tidak ada penghasilan sama sekali, tidak ada kegiatan, mau keluar juga tidak bisa takut tertular virus. Selama ini makan dari uang tabungan, dan sudah sangat tipis, nyaris tidak ada cadangan uang lagi," kata Ruslan.

Antonius,52, salah seorang pedagang kaki lima di daerah Kowangan mengeluhkan hal senada. Makanan yang dijualnya sepi pembeli karena jalanan sepi, hanya sedikit orang yang keluar rumah. Ia sudah kehilangan pendapatan sekitar 10-15 persen. (OL-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya