Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
JUMADI, 45, menyentak perlahan joran pancingnya. Dia menghela napas panjang, lagi-lagi tidak ada ikan yang melekat di mata kailnya.
Sudah hampir 2 jam Jumadi mengadu peruntungan di pinggir Bengawan Solo, yang mengalir ke Desa Laban, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, akhir pekan lalu. Tidak terhitung sudah berapa kali dia mengganti umpan dan melempar kail ke sungai. Namun, belum ada satu pun ikan yang didapatkan. "Sekarang ikannya sudah semakin sedikit," katanya pelan.
Jumadi yang tinggal di Dusun Jatiteken, Desa Mojolaban, sudah lama akrab dengan Bengawan Solo. Rumahnya yang hanya berjarak 1 km dari Bengawan Solo membuatnya sering menghabiskan waktu luang dengan memancing ikan di sungai tersebut.
Hobi itu sudah ia lakukan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Dulu, memancing ikan di Bengawan Solo menjadi kegiatan yang betul-betul menyenangkan. "Sungainya masih bersih dan ikannya banyak."
Warti, 65, warga Dusun Laban, juga mengaku punya kenangan indah dengan aliran Bengawan Solo. "Waktu kecil, saya sering mandi dan mencuci bareng teman-teman," ujar perempuan yang rumahnya hanya berjarak 30 meter dari sungai itu.
Kenangan Jumadi dan Warti sangat jauh berbeda dengan kondisi Bengawan Solo sekarang. Ikan sedikit, air kotor, dan sempadan sungai yang kumuh.
Dari penelusuran Media Indonesia mulai Desa Laban, sampai Kelurahan Semanggi, Kota Surakarta, sampah rumah tangga mendominasi sungai yang mengalir hingga ke sejumlah daerah di Jawa Timur itu.
Industri alkohol
Pencemaran Bengawan Solo semakin diperparah limbah industri, baik yang berskala rumahan maupun menengah. Salah satunya limbah industri alkohol yang sempat membuat kegiatan pengolahan air baku oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Solo terganggu. Sebanyak 16 ribu pelanggan terkena dampaknya.
Tercemarnya Bengawan Solo membuat Dinas Lingkungan Hidup Sukoharjo berencana membangun instalasi pengolahan air limbah komunal di Desa Ngombakan, Kecamatan Polokarto.
"Kalau tidak tahun depan, ya 2021. Rencananya kita ajukan ke APBN," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Agustinus Setiyono.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun terlihat geregetan saat mengomentari kondisi sungai yang sangat ternama itu. "Segera. Kami segera memanggil sejumlah perusahaan yang terindikasi melakukan pencemaran," ujarnya.
Ia mengaku sudah menurunkan tim untuk mengumpulkan data di aliran Bengawan Solo. Tim itu gabungan dari peneliti dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng, juga dari kabupaten dan kota yang daerahnya dilewati aliran Bengawan Solo.
"Tim LHK sudah turun, dibantu Pemkab Blora, Solo, Karanganyar, Sukoharjo, dan beberapa di Wonogiri. Tim sudah mengumpulkan beberapa sampel air," kata Ganjar.
Rencananya, lanjut Ganjar, pekan depan semua hasil temuan dari tim akan dirapatkan. Akan diambil tindakan-tindakan sesuai hasil temuan.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jawa Tengah Ammy Rita menambahkan, potensi pencemaran terjadi karena ada 142 industri kecil alkohol, 37 industri tahu, puluhan industri batik, serta industri peternakan yang beroperasi di dekat aliran sungai. (HT/AS/FL/N-3)
Cacing-cacing tersebut kemungkinan sedang bermigrasi sebagai respons atas perubahan lingkungan yang terjadi.
Dari sejumlah kawasan rawan, Provinsi DKI Jakarta dinilai perlu mendapat perhatian paling serius.
Dengan berubahnya air PDAM menjadi asin, warga kesulitan mendapatkan pasokan untuk keperluan di dapur
Pencemaran yang terjadi di Bengawan Solo sudah cukup mengkhawatirkan. Selain mengganggu ketersediaan air baku PDAM juga mengakibatkan banyaknya ikan mati.
Bahkan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Blora yang memanfaatkan aliran Bengawan Solo sebagai air baku terpaksa menghentikan operasionalnya karena pencemaran.
Pencemaran menyebabkan terhentinya operasional PDAM Blora hingga 12.000 pelanggan di delapan kecamatan tidak dapat pasokan air brrsih.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved