Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
PENGUATAN industri sistem pertahanan nasional harus ditingkatkan lagi. Hal ini penting demi menghadapi tantangan dan situasi global sekarang yang akan jauh lebih berat lagi. Hal ini diungkapkan anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai NasDem, Muhammad Farhan, di Bandung, Kamis (28/11/2019). Dia menjelaskan, saat ini kemampuan pertahanan kita belum baik karena masih berada pada skala minimum.
"Secara kekuatan fisik kita belum mencapai daya militer minimum. Kita baru 70% dari militer minimum," katanya.
Dari sisi jumlah personel militer, Indonesia memang berada di peringkat kelima terbesar di dunia.
"Tapi kekuatan pertahanannya, kita di peringkat 100," katanya.
Hal ini menjadi tugas besar yang harus segera dibenahi pemerintah terutama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
"Ini pekerjaan besar dari Menhan," katanya.
Oleh karena itu, Farhan mendorong ditingkatkannya penggunaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan dalam negeri. Saat ini, menurutnya 60% persenjataan Indonesia masih impor. Selain agar bisa menambah kekuatan fisik dalam jumlah yang besar, penggunaan produk lokal inipun merupakan amanat Undang-Undang Pertahanan.
"Ada amanat Undang-Undang Pertahanan, alutsista harus diutamakan produksi pertahanan Indonesia, dalam negeri," katanya.
baca juga: Kawasan Perumahan Harus Ada Lubang Biopori
Terlebih, menurutnya industri sistem pertahanan lokal sudah sangat baik dan juga dipercaya oleh luar negeri. Beberapa nama BUMN seperti PT Pindad, PT LEN, dan PT INTI sudah memiliki kemampuan untuk memproduksi alutsista yang dibutuhkan militer.
"Itu bisa digunakan. Dan hampir semua industri pertahanan strategis ada di Bandung," katanya. (OL-3)
Orang nomor satu di Indonesia itu juga menyebut negara yang tidak berinvestasi dalam industri pertahanan akan menjadi bangsa budak.
Prancis merupakan salah satu mitra utama Indonesia dalam modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) pertahanan.
Indonesia dan Prancis akan memperkuat kemitraan strategis di sektor pertahanan melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI) yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu, (28/5).
Presiden Prabowo menekankan untuk memperluas kerja sama dengan Pemerintah Prancis di bidang pertahanan terutama modernisasi alutsista.
Salah satu upaya yang dilakukan ialah merancang rencana peningkatan jumlah peserta didik untuk memenuhi kebutuhan personel di berbagai satuan operasional.
Menhan diingatkan agar dalam pemberian bantuan hibah alpalhankam tidak mengandung perjanjian atau ketentuan yang bersifat mengikat
Lebih dari sekadar karya tulis, buku karya Connie Rahakundini Bakrie ini adalah seruan dan ajakan untuk membangkitkan kesadaran kolektif bangsa akan makna sejati berbangsa dan bernegara.
Indo-Pacific Strategic Intelligence (ISI) Muhammad Hadianto menegaskan pentingnya penguasaan dan inovasi teknologi untuk memperkuat postur pertahanan nasional yang tangguh.
PT Hariff Dipa Persada, perusahaan teknologi pertahanan swasta nasional menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Naval Group,
Presiden RI Prabowo Subianto secara resmi membuka Indo Defence 2025 Expo & Forum di Jakarta.
SSE juga menampilkan kendaraan intai, P2 KM Recon, kendaraan dengan manuver dan sistem teknologi untuk misi pengintaian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved