Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
TIM Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatra Selatan terus mewaspadai kemungkinan kenaikan inflasi hingga akhir tahun ini. Apalagi terdapat sejumlah pemicu dalam rentang waktu tersebut. Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumsel, Yunita Resmi Sari mengatakan, kewaspadaan perlu ditingkatkan meski saat ini angka inflasi di Sumatra Selatan masih terkendali.
"Hingga akhir tahun nanti, kita catat ada sejumlah momentum yang dapat memicu terjadinya inflasi. Seperti menjelang akhir tahun ada momen Natal dan libur tahun baru. Berdasarkan histori inflasi kita biasanya meningkat saat hari libur," jelasnya dalam rapat dengan Gubernur Sumatra Selatan, Herman Deru, Selasa (26/11/2019).
Ia mengatakan kecenderungan terjadinya inflasi pada bulan-bulan penghujung tahun karena adanya lonjakan permintaan. Terutama komoditas yang biasa menyumbang terjadinya inflasi di Sumsel. Komoditas berasal dari kelompok volatile foods itu seperti daging ayam ras dan telur ayam.
"Saat ini harga kedua komoditas itu cenderung stabil karena lagi over suplai. Tetapi kami tetap harus waspada pada bulan selanjutnya saat konsumsi meningkat," kata dia.
Meski mendeteksi sejumlah pemicu inflasi, Bank Indonesia Perwakilan Sumsel juga optimistis laju inflasi Sumsel dapat terkendali bahkan masuk di batas bawah target inflasi yang telah ditetapkan. Yakni sebesar 3,5 persen plus minus satu persen.
"Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dengan inflasi yang terkendali menunjukkan perekonomian Sumsel dalam kondisi yang baik. Kami optimistis terhadap itu," terang dia.
Ia menyebut, terkendalinya inflasi di Sumsel, didorong oleh stabilnya inflasi administered prices yang tercatat deflasi. Hal ini sebagai dampak kebijakan penurunan tarif angkutan udara seiring dengan inflasi inti yang terjaga dan inflasi volatile food di tengah kenaikan harga komoditas cabai merah.
"Naiknya harga komoditas cabai merah disebabkan oleh menurunnya pasokan cabai merah preferensi masyarakat yang berasal dari Jawa Barat, Bengkulu dan Lampung. Meskipun produksi cabai merah Sumsel masih lebih besar dibandingkan dengan konsumsi Sumsel," kata dia.
baca juga: Indonesia Genjot Produksi Minyak 1 Juta Barrel Per Hari
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru berharap pertumbuhan ekonomi daerah ini terus meningkat dan berupaya menekan terjadinya inflasi.
"Saat ini di Provinsi Sumsel, inflasinya tergolong baik dan terkendali. Posisinya kini lebih rendah dari inflasi yang terjadi di provinsi lain bahkan secara nasional, Sumsel cukup rendah. Semua ini adalah hasil upaya dari Pemprov dan Perwakilan BI Provinsi Sumsel, instansi vertikal dan Satgasda Pangan sumsel yang terhimpun dalam TPID Provinsi Sumsel," kata gubernur. (OL-3)
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 mencapai 5,12% (yoy), meski dihadapkan pada ketidakpastian global
BPS Provinsi Maluku Utara mencatat inflasi bulan Juli 2025 sebesar 2,46 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), dengan penyumbang inflasi tertinggi yakni cabai rawit.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Jakarta pada Juli 2025 sebesar 0,11% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya (0,13%; mtm).
penyumbang utama inflasi Juli 2025 secara year-on-year yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 1,08%.
BPS melaporkan kenaikan harga beras pada Juli 2025, dengan inflasi mencapai 4,14%. Beras medium mengalami lonjakan tertinggi. Simak detail selengkapnya.
Hingga semester I 2025, pemerintah terus menjalankan peran counter cyclical untuk meredam tekanan ekonomi, serta tetap mendorong kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok rentan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved