Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTG) Yogyakarta meminta masyarakat mewaspadai ancaman bahaya letusan baik berupa awan panas yang bersumber dari bongkaran material kubah lava maupun lontaran material vulkanik.
Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida mengatakan sampai saat ini ancaman tersebut memiliki jangkauan kurang dari 3 kilometer. Karena itu, warga diminta beraktivitas di luar radius 3 km dari puncak.
"Jangkauan awan panas itu diukur berdasarkan volume kubah lava yang sebesar 416.000 meter kubik berdasarkan data drone pada 30 Oktober 2019," kata Hanik, Senin (18/11).
Hanik menjelaskan letusan seperti yang terjadi pada Minggu (17/11) masih dimungkinkan terjadi lagi di masa-masa mendatang. Letusan yang menghasilkan kolom setinggi lebih kurang 1.000 meter dari puncak itu dipicu oleh akumulasi gas vulkanik.
"Sama dengan letusan yang sebelumnya," jelasnya.
Baca juga: Gempa Tektonik Bisa Meningkatkan Aktivitas Vulkanisme Merapi
Awan panas dari letusan sebelumnya juga dikeluarkan Gunung Merapi pada Sabtu (9/11) dengan tinggi kolom 1.500 meter. Awan panas itu memiliki
amplitudo 65 mm dan durasi 160 detik dengan jarak luncuran diperkirakan sejauh 1.500 meter.
Menurut Hanik, letusan yang terjadi pada hari Minggu itu menjadi indikasi suplai magma dari dapur magma Gunung Merapi masih terus berlangsung.
Pascaletusan, berdasarkan pengamatan petugas pada Minggu (17/11) periode 18.00-24.00 WIB, telah terjadi 16 kali gempa fase banyak atau hybrid dengan amplitudo berkisar antara 2 milimeter hingga 19 milimeter dan durasi terpanjang 11,5 detik. Namun untuk kegempaan lainnya nihil.
Periode pengamatan Senin (18/11) pukul 00.00-06.00 WIB, terlihat asap berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 20 meter dari puncak.
Dari sisi kegempaan, terjadi satu kali gempa fase banyak atau hybrid dengan amplitudo 6 milimeter dan durasi 9,28 detik, dua kali gempa guguran dengan amplitudo 6 milimeter dan 15 milimeter dengan durasi 17,92 detik dan 54 detik. Serta terjadi gempa vulkanik dalam sebanyak tiga kali dengan amplitudo 7 milimeter hingga milimeter dan durasi 9,68 detik hingga 14,52 detik.
"Potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif," ungkapnya.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Kabupaten Sleman, Makwan, mengatakan tidak berdampak hujan abu di wilayah Kabupaten Sleman.(OL-5)
Dalam upaya memperkuat komitmennya terhadap pendidikan dan kesejahteraan sosial, Garrya Bianti Yogyakarta, hotel bintang lima di Yogyakarta yang merupakan bagian dari Banyan Group
Keberadaan Kopi Sleman pun diharapkan dapat semakin mendukung iklim pariwisata di kabupaten yang berada di kaki Gunung Merapi sisi Selatan.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memimpin giat tanam pohon bersama Pemda DIY, Kraton Yogyakarta dan Pengurus Pusat Organisasi Pemuda Lintas Agama.
Gunung Merapi yang berada di perbatasan Magelang, Boyolali, Klaten (Jawa Tengah) dan Sleman (DIY) mengalami kegempaan ratusan kali dan kembali menggugurkan lava delapan kali.
Selama seminggu, terjadi gempa Fase Banyak 2.226 kali dan gempa Guguran mencapai 1.116 kali akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta merilis, selama sepekan dari hari Jumat (27/9) hingga Kamis (3/10).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved