Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Korban Rabies di Flores Terus Bertambah

Palce Amalo
01/9/2019 16:00
Korban Rabies di Flores Terus Bertambah
Petugas memeriksa hewan peliharaan anjing, antisipasi rabies.(ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

KASUS gigitan anjing rabies pada manusia di Flores, Nusa Tenggara Timur  (NTT), terus bertambah. Selama Januari-Agustus 2019, tercatat lebih dari 1.000 kasus gigitan anjing rabies. Korban gigitan yang dilaporkan terakhir yakni anak berusia 12 tahun di Kabupaten Manggarai Timur berinisial AP.

Pemerhati Rabies dari Rumah Sakit TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, dokter Asep Purnama mengatakan AP digigit anjing rabies pada ujung alis mata bagian kiri pada 23 Juli 2019. Kemudian, pada 24 Juli, kepala dusun dan orangtuanya membawa AP ke puskesmas setempat untuk mendapat perawatan medis.

Di sana, luka bekas gigitan dicuci dan diberikan rujukan ke Dinas Kesehatan Manggarai Timur untuk mendapat suntikan vaksin antirabies (VAR).

"Sayangnya, ternyata AP tidak menuju ke kantor Dinas Kesehatan Manggarai Timur untuk mendapatkan VAR, dan sekitar sebulan kemudian atau pada 30 Agustus, muncul malapetaka itu," kata Asep Purnama kepada Media Indonesia di Kupang, Minggu (1/9).

Karena tidak mendapat suntikan VAR, pada 30 Agustus 2019, muncul gejala khas rabies berupa hydrophobia (ketakutan air) dan aerophobia (ketakutan udara) sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Ben Mboi di Ruteng, Kabupaten Manggarai

"Sungguh sangat menyedihkan, melalui video pemeriksaan yang dikirimkan ke saya, gejala khas berupa aerophobia dan hydrophobia memang nyata terjadi," ujarnya.

Baca juga: Stok VAR Menipis Akibat Tingginya Pasien Rabies

Namun, baru dirawat satu hari, orang tua AP memilih membawa pulang anaknya ke rumah.

"Biasanya setelah diberi tahu (oleh dokter) bahwa tidak ada yang bisa menyembuhkan saat ini karena gejala rabies sudah muncul, keluarga membawa anaknya pulang. Lebih baik meninggal di rumah," imbuh Asep.

Asep mengatakan jika terkena gigitan anjing rabies, langsung dilakukan pencegahan dengan mencuci luka bekas gigitan menggunakan sabun di air mengalir dan segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diberi vaksin antirabies (VAR) atau Serum Antirabies (SAR) sesuai indikasi.

Menurutnya, jika langkah-langkah pencegahan tidak dilakukan setelah terkena gigitan anjing rabies dan mulai muncul gejala tersebut, nyawa korban tidak terselamatkan.

Oleh karena itu, rabies disebut sebagai penyakit dengan case fatality rate atau angka kematian 100% jika sudah muncul gejala rabies.

"Kita doakan bersama semoga keajaiban Tuhan akan menyembuhkan AP dari penyakit rabies," tukasnya.

Pada 23 Agustus 2019, seorang anak berusia 19 tahun juga digigit anjing rabies di Aesesa, Kabupaten Ngada.

"Saat digigit, anak ini tidak mampu melawan karena lumpuh," imbuh Asep.

Namun, korban langsung dilarikan ke rabies center untuk mendapat perawatan dan diberi suntikan vaksin. Korban lantas menjalani operasi pembedahan karena luka gigitan cukup parah.

Terkait kasus gigitan anjing rabies, Asep minta masyarakat secepatnya menyerahkan anjing peliharaan mereka untuk diberi vaksin.

"Jangan pernah membiarkan anjing Anda tidak divaksin rabies karena anjing yang tidak divaksin rabies sama dengan teroris, sewaktu-waktu akan menebar ancaman kematian," pungkasnya.(OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya