Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PAGELARAN karnaval dalam rangka memeriahkan HUT Kemerdekaan RI yang ke-74 di Kota Mbay, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (18/8), memberikan warna tersendiri dari penampilan siswi SMA Katolik Santa Theresia.
Pasalnya, dalam karnaval yang diikuti ribuan orang dari tingkat pelajar hingga aparatur sipil negara di Kota Mbay itu, empat siswi mengenakan pakaian dari sampah plastik serta koran bekas.
Menurut para siswa itu, mereka telah menyiapkan pakaian tersebut dari tiga hari sebelumnya. Semua dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri dengan tema barang bekas.
Mereka sangat senang menggunakannya karena ini hasil kreasi memanfaatkan barang dari sampah sekitar mereka yang tidak bernilai menjadi barang yang bernilai.
“Suster (kepala sekolah) memberikan tema pada kami barang bekas dan kami memanfaatkan palstik sisa minuman dan makanan yang mungkin selama ini dibuang begitu saja. Kami sangat senang dan ini sebagai pesan kepada kita semua untuk menjaga lingkungan agar selalu bersih dari sampah plastik. Sampah juga bisa dibuatkan barang kreasi berguna seperti baju, dekorasi dan lain-lain,“ kata Fitri, salah satu siswi yang mengenakan baju dari plastik.
Baca juga: Pemkab Lembata Tetapkan 58 Desa Tangguh Bencana
Pantauan Media Indonesia, dalam karnaval itu, sejumlah peserta menggunakan sarung tenun dan pakai adat dari berbagai daerah di NTT, seperti Timor, Rote, Sabu, dan beberapa kabupaten tetangga seperti Sikka, Ende, dan Manggarai.
Barisan peserta karnaval memadati jalan Kota Mbay sepanjang kurang lebih 4 kilometer. Ribuan peserta mulai dari taman kanak-kanak hingga orang dewasa tampak antusias dengan rela berjalan jauh walau panas menyengat.
Karnaval ini juga menarik wisatawan asing yang kebetulan melewati jalan Kota Mbay menuju taman wisata 17 pulau Riung hingga berhenti sejenak untuk sekedar berfoto dan menyapa peserta karnaval.
Beberapa mobil hias juga ikut memeriahkan acara ini seperti mobil dengan hiasan dengan buah-buah dari kebun petani serta mobil yang dipenuhi kain-kain adat hasil tenunan ibu-ibu Nagekeo.
Tidak lupa pada acara karnaval ini, juga dimeriahkan sejumlah guru terdepan yang menampilkan fragmen stop penggunaan kantung plastik dan kampanye menggunakan bere atau kantong anyaman dari daun pandan sebagai pengganti kantung plastik saat berbelanja di pasar.
Para guru ini juga memberikan hadiah kepada Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do beberapa anakan pohon Cendana sebagai pesan kepada pemerintah daerah untuk proaktif menjaga dan melestarikan lingkungan dalam setiap kebijakannya.
Walaupun tampak meriah, beberapa peserta karnaval dari kalangan pelajar dan orang dewasa sempat mengeluh sehabis acara karena tidak ada apresiasi berupa pemberian hadiah bagi peserta yang menampilkan keunikan tersendiri dalam karnaval itu.
“Mungkin sebaiknya tahun depan harus juga ada hadiah untuk tentukan busana terbaik, mobil hias terbaik, agar orang semangat dan tiap tahun selalu ada kreasi baru, seperti di kabupaten lain di NTT, kasian orang sudah jalan jauh siap pakaian dari beberapa hari sebelumnya,” pungkas Bin, salah satu peserta karnaval. (OL-2)
Pantai Ungkea, yang merupakan salah satu kawasan wisata dan habitat alami di Morowali Utara, menjadi fokus utama pembersihan dari sampah plastik dan berbagai jenis sampah lainnya.
Penggunaan komposter memungkinkan masyarakat mengolah sampah organik menjadi kompos, mengurangi emisi metana, dan memperbaiki kualitas tanah secara lokal.
LEMBAGA Pemantau Penyimpangan Aparatur Daerah (LP2AD) menilai Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan bisa menjadi sebagai standar nasional dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Pembersihan sampah kiriman ini tidak hanya dilakukan di Pulau Lancang, tetapi juga di pulau-pulau lainnya setiap harinya.
Pemerintah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, menggelar pelatihan pengelolaan sampah
Pulau sampah yang sebelumnya menggunung di sebuah behas tambak di kampung itu sudah tidak terlihat lagi dan hanya menyisakan beberapa sisa sampah berserakan .
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved