Memantau Kesehatan Udara Dunia dari Stasiun GAW Bukittinggi

Mediaindonesia.com
08/7/2019 20:15
Memantau Kesehatan Udara Dunia dari Stasiun GAW Bukittinggi
Stasiun Global Atmosphere Watch di Kototabang, Bukittinggi, salah satu yang diakui WMO untuk memantau udara di dunia.(Ist)

SEJARAH Global Atmosphere Watch (GAW) sesungguhnya bermula pada 1950. Kala itu, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) secara resmi berinisiatif memulai program pengamatan yang dapat menghasilkan gambaran komposisi kimia atmosfer dan aspek meteorologi yang berkaitan dengan polusi udara secara global.

WMO memulai langkah awal dengan melakukan koordinasi internasional terkait pengukuran komposisi kimia pada 1957 dan menghasilkan kesepakatan berupa Global Ozone Observing System (GO3OS) atau sistem pengamatan lapisan ozon secara global yang bertujuan mengatur standar pengamatan ozon.

Dari sini ditemukan penurunan konsentrasi ozon di lapisan stratosfer, terutama di wilayah kutub ketika itu.

Pada akhir 1960-an, WMO kemudian mendirikan Background Air Pollution Monitoring Network (BAPMoN) yang fokus pada pengukuran komposisi kimia air hujan, aerosol, dan karbon dioksida (CO2).

Program BAPMoN menghasilkan informasi yang sangat penting bagi dunia yaitu telah meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmofer bumi.

Kemudian era 1970-an, beberapa isu mengenai atmosfer mulai dibahas secara internasional dan menjadi topik yang mengemuka di dunia.
Dimulai dari isu mengenai ancaman chlorofluorocarbons (CFCs) terhadap lapisan ozon, pengasaman danau dan hutan di sebagian besar Amerika Utara dan Eropa yang disebabkan oleh berubahnya SO2 (sulfur dioksida) menjadi asam sulfat (SO4) di atmosfer,  kemudian yang ketiga dan paling fenomenal ialah isu kemungkinan terjadinya pemanasan global yang disebabkan oleh meningkatnya GRK di atmosfer.

Isu-isu tersebut menjadi dasar dan pijakan pokok perjanjian internasional. Kebijakan dan mitigasi dari perjanjian-perjanjian tersebut bergantung kepada WMO atmospheric composition monitoring programme (program pengamatan komposisi atmosfer).

Berdasarkan hal tersebut, pada 1989, BAPMoN and GO3OS dikonsolidasikan ke dalam suatu program yaitu WMO GAW programme. GAW merupakan salah satu program WMO yang mengikat seluruh negara anggota WMO yang saat ini berjumlah 187 negara.

 

Baca juga: Satu Lagi Korban Tenggelam di Aceh Barat Ditemukan Meninggal

 

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Herizal, mengungkapkan Stasiun GAW Bukit Kototabang di Bukittinggi, Sumatra Barat, atau dikenal sebagai Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG) Bukit Kototabang ialah salah satu referensi udara bersih dunia, dan merupakan salah satu dari 31 stasiun global yang ada di dunia yang termasuk dalam WMO GAW programme.

"Stasiun GAW Bukit Kototabang menjadi referensi penting bagi dunia karena yang paling representatif dan merupakan jantung wilayah tropis ekuator. Stasiun GAW yang termasuk dalam Program WMO di wilayah tropis hanya berjumlah 5 lokasi," ungkap Herizal dalam keterangannya, Senin (8/7).

Ia juga menambahkan bahwa Stasiun GAW Bukit Kototabang memiliki tugas pokok dan fungsi melakukan pengamatan, pengumpulan, penyebaran, analisis dan pengolahan, serta pelayanan informasi mengenai komposisi kimia atmosfer, GRK, dan parameter fisis atmosfer lainnya.

"Karena menjadi bagian program GAW WMO, operasional dan data GAW Bukit Kototabang secara rutin mendapatkan audit dan kalibrasi oleh lembaga audit terstandar internasional yang direkomendasi WMO," tambahnya.

Seperti stasiun pengamatan BMKG lainnya, sesuai UU Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 31 Tahun 2009, Stasiun GAW pun melakukan pengamatan dan penyebaran informasi setiap hari  24 jam 7 hari, 365 hari.

"Data dan informasi terkait kualitas udara sangat diperlukan diberbagai sektor seperti lingkungan hidup dan kesehatan untuk mengambil langkah-langkah pengurangan polusi udara yang berdampak pada terhadap kesehatan dan lingkungan hidup, selain data utama berupa konsentrasi GRK sebagai dasar kebijakan mitigasi perubahan iklim dunia," tandas Herizal. (RO/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya