Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PEMERINTAH Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, segera menetapkan status tanggap darurat bencana pergerakan tanah di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana.
Pada tiga RT di wilayah itu terdapat 109 bangunan rumah warga rusak akibat pergerakan tanah. Rinciannya, sebanyak 12 unit rumah rusak berat, 57 unit rumah rusak sedang dan 40 unit rumah dalam kondisi terancam.
"Kami sudah mengadakan rakor penanggulangan darurat bencana pergerakan tanah di Kampung Gunungbatu," kata Asda I Bidang Pemerintahan dan Sosial Setda Kabupaten Cianjur, Ade Setiawan, Minggu (28/4).
Terdapat beberapa poin yang harus segera dilakukan mengingat kondisi di lokasi bencana membutuhkan penanganan intensif. Poin yang cukup krusial menyangkut penetapan SK Bupati Sukabumi tentang status darurat bencana pergerakan tanah.
"Untuk Dinas PU dan Dinas Perhubungan memiliki tugas segera menangani arus lalu lintas, terutama kendaraan yg tonasenya berat untuk tidak melintas jalan tersebut karenakan kondisinya ada yang ambles. Harus ditetapkan juga jalan alternatif apabila terdapat jalan anjlok," tuturnya.
Untuk para pengungsi, lanjut Ade, sudah disiapkan lahan evakuasi sementara. Selain itu, sambil dipersiapkan juga penambahan sarana dan prasarana.
"Untuk dapur umum bagi kebutuhan pengungsi sudah siap," tandasnya.
Baca juga: Pergerakan Tanah Ancam 8 Rumah di Cililin
Kepala Desa Kertaangsana, Agus Sudrajat, mengatakan hasil pendataan dari laporan di lapangan, wilayah yang terdampak pergerakan tanah berada di RW 09 meliputi RT 01, 02, dan 03. Selain merusak dan mengancam ratusan unit rumah, pergerakan tanah juga berdampak terhadap berbagai fasilitas umum di antaranya musala, MCK, serta PAUD Ibtidaul Mutaalimin.
"Jumlah keseluruhan warga yang terdampak pergerakan tanah mencapai 352 jiwa. Jumlah rumah yang terdampak sebanyak 109 unit. Beberapa di antaranya rusak berat, rusak sedang, dan terancam," jelasnya.
Sekda Kabupaten Sukabumi, Iyos Somantri, memantau langsung lokasi pergerakan tanah. Iyos yang juga ex-officio Kepala BPBD Kabupaten Sukabumi itu langsung memerintahkan BPBD membuat tenda darurat untuk menampung pengungsi dan mendata kebutuhan lainnya.
"Selain ada yang mengungsi di tenda, sebagian warga juga ada yang mengungsi di kantor desa dan rumah tetangga terdekat paling aman," ungkap Iyos.
Dalam waktu dekat, BPBD akan mendirikan dapur umum, MCK, jaminan hidup dan kesehatan, penyediaan air bersih dan kebutuhan lainnya. Iyos mengaku Pemkab Sukabumi akan meminta bantuan Badan Geologi untuk mengkaji dan memetakan (delienasi) zona pergerakan tanah.
"Kami juga berkoordinasi dengan PLN, Telkom, dan lainnya karena di sini juga terdapat jaringan listrik dan fiber optik," tegasnya.
Iyos mengingatkan warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi terus bergeraknya tanah di wilayah tersebut. Apalagi intensitas curah hujan relatif masih tinggi.
"Silakan kalau pagi hingga siang beraktivitas di lahan mereka karena tempat mata pencaharian mereka. Tapi kalau menjelang malam apalagi pas hujan deras, warga yang masih memilih tinggal di rumah, harap segera berpindah ke tempat lebih aman. Semua kami tampung di tenda pengungsian," pungkasnya.(OL-5)
Dua peralatan EWS yang masih aktif berada di Desa Cibeureum, Kecamatan Talaga dan Desa Jerukleueut, Kecamatan Sindangwangi.
Pascakejadian tanah bergerak, kontur tanah relatif masih cukup labil. Parahnya, intensitas curah hujan pun masih cukup tinggi, sehingga memicu kondisi tanah terus bergeser.
Gerakan tanah akan terjadi pada suatu lereng, jika ada keadaan ketidakseimbangan yang menyebabkan terjadinya suatu proses mekanis,
Pihaknya kini berupaya untuk meningkatkan distribusi air bersih melalui PAM Jaya agar mengurangi penggunaan air tanah.
Ia pun meyakini seluruh aparat kelurahan di 10 wilayah rawan pergeseran tanah dan tanah longsor tersebut sudah mengantisipasi bencana tersebut.
Beberapa ciri tanah longsor, seperti ada lapisan tanah/batuan yang miring ke arah luar. Lalu, rembesan air pada lereng, hingga pohon dengan batang yang terlihat melengkung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved