Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Hujan Badai Intai Wilayah Sumut

Yoseph Pencawan
02/4/2019 13:35
Hujan Badai Intai Wilayah Sumut
Hujan badai.(ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

SUDAH dua pekan terakhir cuaca buruk berupa hujan lebat diiringi petir dan angin kencang kerap menghampiri berbagai daerah di Provinsi Sumatra Utara.

Konvergensi belokan angin dan pemanasan suhu laut dianggap menjadi penyebab.

Mulai sekitar pertengahan Maret, rilis cuaca Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan berisi prakiraan terjadinya hujan lebat, petir dan angin kencang. Prakiraan tersebut sering menjadi kenyataan dan masih berlangsung hingga memasuki bulan April.

"Kondisi cuaca buruk dan angin kencang melanda Sumut dalam beberapa waktu terakhir ini," kata Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah I Medan, Syahnan, Selasa (2/4).

Menurut Syahnan, kondisi itu disebabkan wilayah Sumut terkena belokan angin dan konvergensi sehingga massa udara basah berkumpul di wilayah ini.

Situasi tersebut mengakibatkan pertumbuhan awan menjadi lebih banyak sehingga terjadi hujan dengan intrensitas sedang hingga lebat disertai kilat dan petir serta angin kencang.

Hujan lebat disertai petir dan angin kencang terjadi lepas tengah hari sampai lewat tengah malam. Sedangkan pada pagi hingga tengah hari suhu panas menerpa dan relatif lebih panas dari biasanya.

Namun demikian, kondisi cuaca tersebut belum berdampak besar terhadap aktivitas transportasi, termasuk penerbangan. Otoritas bandara Kualanamu belum melaporkan adanya gangguan jadwal penerbangan akibat cuaca.

Begitu juga dengan dampak kondisi cuaca tersebut terhadap aktivitas masyarakat. BPBD tingkat provinsi dan kabupaten/kota belum ada menyatakan terjadinya kerusakan atau masyarakat yang menjadi korban akibat hujan lebat disertai petir dan angin kencang di wilayah Sumut.

 

Baca juga: BMKG Luncurkan Sistem Pengamatan Cuaca untuk Penerbangan

 

Terpisah, Peneliti Hutan Rakyat Institute (HaRI), Saurlin Siagian, meyakini kondisi cuaca tersebut juga dipengaruhi pemanasan suhu laut. Peningkatan 1 derajat suhu laut akan berimplikasi terhadap badai karena 3/4 permukaan bumi terdiri dari lautan.

"Satu derajat saja terjadi peningkatan suhu laut dapat memicu terjadinya gelombang besar baik di laut itu sendiri maupun di udara," paparnya.

Peningkatan suhu air laut bahkan dapat mengubah siklus musim sekaligus mengubah pola badai. Saat ini saja sudah kerap terjadi badai di berbagai daerah di Indonesia dan sampai sekarang belum ada satu pun teknologi yang mampu menghadapinya.

Belum lama ini BMKG menyatakan fenomena Equinox sedang menghampiri Indonesia. Equinox merupakan salah satu fenomena astronomi di mana Matahari melintasi garis Khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Saat fenomena ini berlangsung, matahari dengan bumi memiliki jarak paling dekat dan konsekuensinya, wilayah tropis sekitar Ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum.

Secara umum, rata-rata suhu maksimum di wilayah Indonesia berada dalam kisaran 32-36 derajat celcius dan suhu maksimum tertinggi sempat terjadi di pulau Sumatra yang mencapai 37,6 derajat pada akhir Maret lalu. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya