Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Jumlah Titik Panas di Riau Berkurang

Antara
22/3/2019 10:15
Jumlah Titik Panas di Riau Berkurang
(ANTARA FOTO/Rony Muharrman)

JUMLAH titik panas yang menjadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan di Riau menurun drastis pada Jumat (22/3) pagi. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sukisno, menyatakan hasil citra satelit Terra dan Aqua pada Jumat pagi sekitar pukul 07.00 WIB menunjukan hanya ada 17 titik panas atau hotspot.

Jumlah itu sangat rendah dibandingkan kondisi selama tiga hari terakhir yang rata-rata jumlah titik panas pada waktu yang sama bisa lebih dari 100 titik. Sebanyak 17 titik panas yang terdeteksi satelit tersebar di Kabupaten Indragiri Hulu ada lima titik, kemudian di Rokan Hilir, Siak, dan Indragiri Hilir masing-masing tiga titik, Kepulauan Meranti dua titik, dan Pelalawan satu titik.

Dari jumlah tersebut, ada sembilan titik yang punya level confidence di atas 70% sehingga kuat merupakan titik api. Daerah paling banyak ada di Indragiri Hulu sebanyak empat titik, Rokan Hilir dan Siak masing-masing dua titik, dan Kepulauan Meranti satu titik.

Baca juga: BMKG Deteksi 97 Titik Panas Karhutla di Sumatera

Sementara itu, Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai yang selama ini paling sering terbakar nihil titik panas. Informasi dari Bengkalis menyatakan di daerah pesisir itu sudah mulai hujan sejak Kamis (21/3) yang membuat bara kebakaran lahan gambut, meredup.

Kebakaran hutan dan lahan masih jadi ancaman bagi Riau terutama di daerah pesisir. Asap kotor atau jerebut sempat mengganggu penerbangan di Bandara Pinang Kampai, Kota Dumai pada Kamis sehingga penerbangan pesawat Wings Air dibatalkan.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau yang terakhir dirilis menyebutkan, luas lahan terbakar sejak Januari sudah lebih dari 2 ribu hektare.

Riau sudah berstatus Siaga Darurat Karhutla sejak Februari hingga akhir Oktober 2019. Pemadaman dari darat, helikopter dan modifikasi cuaca untuk hujan buatan terus dilakukan. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya