Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Buruh Bangunan Hingga Lansia Terbantu Kartu Sakti

Akhmad Safuan
28/2/2019 20:01
Buruh Bangunan Hingga Lansia Terbantu Kartu Sakti
Warga menunjukkan kartu sakti miliknya.(Antara)

WARGA penerima Kartu Sakti, yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) di Jawa Tengah telah banyak merasakan manfaat untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak juga menerima pelayanan kesehatan.

Seperti diungkapkan Bambang, 40, warga Desa Tugu, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Kamis (28/2). Pembiayaan pendidikan tiga anaknya tidak lagi menyulitkan karena mengantongi KIP.

"Anak saya dari yang SMA hingga SD semua lancar, setiap tiga bulan mendapat kucuran bantuan pendidikan sehingga cukup untuk membeli buku, seragam, tas
sekolah, sepatu, bahkan untuk ongkos," kata Bambang.

Baca juga: Ma’ruf Yakin dengan Program 3 Kartu Sakti

Sebelum menerima KIP, ujar Bambang, meskipun tidak ada biaya uang sekolah setiap bulan karena menimba ilmu di sekolah negeri, namun hampir setiap hari, Bambang dipusingkan dengan kebutuhan anak-anak sekolah. "Saya hanya buruh bangunan jadi saat itu terasa berat hingga waktu itu istri terpaksa kerja jadi pekerja migran Indonesia," imbuhnya.

Dalam kesempatan berbeda, Ratna, 43, warga Bangetayu, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, adalah buruh reparasi. Dia mengaku terbantu membiayai sekolah dua anak yang duduk di bangku SLTA dengan program KIP.

"Setiap bulan saya tinggal mencari uang Peran Serta Masyarakat (PSM) Rp130 ribu per orang karena kebutuhan lain sudah dijamin dari dana yang didapat dari pemegang KIP," katanya.

Sumini,60, warga Desa Kranggan, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang mengaku menjalani masa tua dengan tenang setelah memegang KIS. Sebab, setelah memegang kartu sakti itu, dirinya tidak pernah dipungut biaya untuk berobat di Puskesmas maupun rumah sakit.

Sumini yang saat mudanya adalah buruh gendong di Pasar Projo Ambarawa mengaku di hari tuanya ini sudah sering sakit. "Saya sudah tidak bisa kerja lagi. Makan juga ikut anak. Jadi kalau sakit dengan kartu ini tidak lagi membenani anak yang hanya sebagai buruh," imbuhnya. (A-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya