Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
WARGA penerima Kartu Sakti, yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) di Jawa Tengah telah banyak merasakan manfaat untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak juga menerima pelayanan kesehatan.
Seperti diungkapkan Bambang, 40, warga Desa Tugu, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Kamis (28/2). Pembiayaan pendidikan tiga anaknya tidak lagi menyulitkan karena mengantongi KIP.
"Anak saya dari yang SMA hingga SD semua lancar, setiap tiga bulan mendapat kucuran bantuan pendidikan sehingga cukup untuk membeli buku, seragam, tas
sekolah, sepatu, bahkan untuk ongkos," kata Bambang.
Baca juga: Ma’ruf Yakin dengan Program 3 Kartu Sakti
Sebelum menerima KIP, ujar Bambang, meskipun tidak ada biaya uang sekolah setiap bulan karena menimba ilmu di sekolah negeri, namun hampir setiap hari, Bambang dipusingkan dengan kebutuhan anak-anak sekolah. "Saya hanya buruh bangunan jadi saat itu terasa berat hingga waktu itu istri terpaksa kerja jadi pekerja migran Indonesia," imbuhnya.
Dalam kesempatan berbeda, Ratna, 43, warga Bangetayu, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, adalah buruh reparasi. Dia mengaku terbantu membiayai sekolah dua anak yang duduk di bangku SLTA dengan program KIP.
"Setiap bulan saya tinggal mencari uang Peran Serta Masyarakat (PSM) Rp130 ribu per orang karena kebutuhan lain sudah dijamin dari dana yang didapat dari pemegang KIP," katanya.
Sumini,60, warga Desa Kranggan, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang mengaku menjalani masa tua dengan tenang setelah memegang KIS. Sebab, setelah memegang kartu sakti itu, dirinya tidak pernah dipungut biaya untuk berobat di Puskesmas maupun rumah sakit.
Sumini yang saat mudanya adalah buruh gendong di Pasar Projo Ambarawa mengaku di hari tuanya ini sudah sering sakit. "Saya sudah tidak bisa kerja lagi. Makan juga ikut anak. Jadi kalau sakit dengan kartu ini tidak lagi membenani anak yang hanya sebagai buruh," imbuhnya. (A-1)
AUFA Luqmana,17, membeli mobil pikap Esemka bekas, untuk membuktikan keseriusan gugatannya atas wanprestasi Presiden ke-7 Jokowi
Kenapa Jokowi melakukan itu? Kenapa dia malah membuka front pertempuran politik dan menambah musuh baru? Panikkah dia?
Ketua Fraksi Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas menekankan Partai Demokrat tidak pernah berurusan dengan polemik ijazah palsu Presiden Joko Widodo atau Jokowi
Rampai Nusantara menekankan pentingnya publik untuk kembali pada diskursus yang membangun.
"Saya lihat dari tahun 2014 sampai tahun ini, kasus-kasus kebakaran hutan ini sudah sangat menurun sekali. Sudah menurun hampir 80-85 persen," kata Gibran.
Polda Metro Jaya untuk segera menuntaskan kasus tudingan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi demi kepastian hukum dan tak berlarut-larut
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved