Polisi Persempit Ruang Gerak Ali Kalora dengan Pendekatan Keras

Ferdian Ananda Majni
08/2/2019 11:20
Polisi Persempit Ruang Gerak Ali Kalora dengan Pendekatan Keras
(Ilustrasi)

KEPALA Divisi Humas Polri, Irjen Muhammad Iqbal, mengatakan Satgas Tinombala terus melakukan pengejaran dan mempersempit ruang gerak kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora. 

Bahkan dalam perburuan ini, mereka akan mengunakan strategi pendekatan keras (hard approach).

"Kami kejar terus ya, terus dilakukan pengejaran, tapi ini belum ada hasil. Jadi Hard Approach itu sangat ditentukan di lapangan ya," kata Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (8/12).

Iqbal menyebut, upaya pendekatan keras itu dilakukan tergantung perkembangan operasi pengejaran di lapangan. Apalagi terindikasi kemungkinan adanya perlawanan yang mengancam nyawan masyarakat atau anggota

"Ketika di lapangan mereka mengancam nyawa, mengancam nyawa personil, nyawa masyarakat. maka tidak ada pilihan lain, kita akan memilih Hard Approach walaupun akibatnya mematikan. itu memang aturannya," paparnya.

Meskipun demikian, target Satgas Tinombala menangkap anggota MIT dalam keadaan hidup. Pasalnya, kejahatan yang dilakukan mereka dalam kategori kriminalitas.

"Jadi Hard Approach tidak serta-merta dilakukan, tetapi tergantung ancaman seketika. dalam konsep itu. Karena Ali Kalora adalah pelaku kriminal kita akan tangkap karena ada proses hukum, prinsipnya itu," lanjutnya.

 

Baca juga: Kejar Kelompok Ali Kalora, Polisi Kerahkan Pasukan Khusus Ahli Perang Hutan

 

Kepolisian juga mengklaim Satgas Tinombala telah menemukan jalur pengiriman logistik untuk kelompok Ali Kalora dan terus mengawasinya untuk mengantisipasi serangan mereka sewaktu-waktu. Anggota kelompok Ali Kalora juga diduga kerap bergerak secara berkelompok yang terdiri atas 4-5 orang per grup. 

Kelompok ini awalnya diduga memiliki tujuh anggota. Belakangan, polisi mendapati ada tujuh orang baru bergabung dengan kelompok tersebut. Tujuh orang itu diduga berasal dari Banten dan Poso.

Satgas Tinombala memburu anggota kelompok ini setelah mereka melakukan sejumlah aksi teror. Aksi terakhir mereka dilakukan pada Desember 2018 lalu. Saat itu, kelompok ini memutilasi salah seorang penambang emas tradisional bernama Ronal Batau alias Anang. Korban ditemukan di Desa Salubanga, Sausu, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Minggu (30/12/2018) lalu.

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan tim gabungan Polri-TNI sudah melakukan analisa dan evaluasi secara komprehensif untuk memburu kelompok teroris di Poso, Sulawesi Tengah.  

Tidak menutup kemungkinan pasukan dengan teknologi dan kemampuan perang hutan dikerahkan untuk pengejaran di wilayah Parigi Moutong hingga Palu Poso, Sulawesi Tengah.

"Bila dibutuhkan satu pengejaran masif nanti akan didatangkan peralatan canggih dan pasukan yang memiliki kemampuan perang di hutan untuk mengejar kelompok Tinombala," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan,

Dia menjelaskan, minggu ini sudah dipersiapkan. Tim pusat dan daerah akan melakukan pengejaran secara masif. Pasalnya, kelompok Ali Kalora menguasai karakter medan wilayah setempat. 

"Tim akan fokus di sekitar Parigi Moutong dengan melakukan blokade untuk mempersempit ruang gerak. Di sekitar gunung biru yang akan betul-betul kita lakukan pemblokadean dan perimeter," jelasnya.

Enam puluh personel Brimob itu tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Tinombala Polda Sulawesi Tengah yang bertugas mengejar sejumlah anggota yang tersisa dari kelompok teroris Poso setelah pemimpin lamanya, Santoso tewas ditembak aparat. 

"Saat ini Satgas Tinombala Polda Sulteng masih mengejar kelompok Ali Kalora dan kawan-kawan," pungkas Dedi. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya