Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

3 Warga di Sumsel Meninggal Akibat Demam Berdarah

Dwi Apriyani
29/1/2019 13:55
3 Warga di Sumsel Meninggal Akibat Demam Berdarah
Petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik) menunjukkan dua senjata penangkal jentik DBD berupa cairan pembasmi jentik dan ikan cupang usai pencanangan gerakan satu rumah rumah satu jumantik di halaman rumah dinas wali kota Palembang, Sumsel, beberapa waktu la(ANTARA/FENY SELLY)

MENINGKATNYA kasus demam berdarah dengue (DBD) biasanya terjadi pada musi penghujan. Di Sumatra Selatan (Sumsel) selama Januari 2019 ini tercatat kasus DBD sebanyak 395. 

Dari 395 kasus itu, terdata ada tiga orang warga Sumsel yang meninggal dunia akibat DBD tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan, Lesty Nuraini mengatakan, kasus DBD di Januari ini sudah cukup tinggi di mana 395 kasus ditemukan dan 3 orang meninggal dunia. 

"Untuk saat ini, walaupun terdata cukup banyak ditemukan kasus DBD namun kita belum tetapkan status kejadian luar biasa (KLB)," kata dia, Selasa (29/1).

Dijelaskan Lesty, tiga warga Sumsel yang meninggal tersebar di 3 daerah yakni Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Ogan Komering Ulu Selatan.

Di periode Januari 2019 ini untuk jumlah kasus tersebar juga di 17 kabupaten/kota, di antaranya OKU ditemukan 1 kasus, OKI 16 kasus, Muara Enim 25 kasus, Lahat 9 kasus, Musi Banyuasin 18 kasus, Musi Rawas 26 kasus, Banyuasin 42 kasus dan OKU Selatan 6 kasus.

Lalu juga ada OKU Timur 41 kasus, Ogan Ilir 28 kasus, Empay Lawang 7 kasus, Palembang 99 kasus, Prabumulih 25 kasus, Pagaralam 17 kasus, Lubuklinggau 10 kasus, Palin 21 kasus dan Muratara 4 kasus. 

"Jumlah kasus ini bisa bertambah lebih banyak lagi karena pencatatan jumlah penderita dari kabupaten dan kota belum masuk. Ini karena Januari masih berjalan," terang dia.

 

Baca juga: Empat Orang Meninggal Akibat DBD, Bogor Masuk Wilayah Endemis

 

Ia menerangkan, jika dibanding dengan 2018, jumlah kasus yang ditemukan juga terbilang cukup tinggi yakni mencapai 2.396 kasus. Diakui Lesty, dari jumlah tersebut, 26 orang di antaranya meninggal dunia.

Karenanya, Dinkes Sumsel sudah mengirim edaran ke kabupaten dan kota terkait mengantisipasi DBD ini. Yakni dengan membantu menyebarkan larvasida dan alat fogging meski jumlahnya terbatas.

"Yang penting tetap terapkan pola hidup sehat dan lalukan konsultasi ke fasilitas pelayanan kesehatan jika ada gejala DBD. Selain itu juga membersihkan lingkungan dari air menggenang," jelasnya.

Ditambahkan Fery Yanuar, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, meningkatnya kasus DBD ini tidak hanya dikarenakan siklus musim, melainkan juga karena lingkungan.

"Penyakit ini akan sangat mudah tersebar. Karenanya faktor lingkungan yang kotor dan berada di lokasi area tergenang seperti rawa dan sebagainya, akan menjadi area yang mudah terkena penyakit ini," ucapnya.

Apalagi untuk daerah kumuh, kata dia, nyamuk aedes aegapty akan sangat mudah hidup dan menyebarkan penyakitnya. 

"Pada November 2018 lalu, Menteri Kesehatan sudah memberikan Permenkes terkait dengan antisipasi DBD oleh pemda di tingkat kabupaten dan kota. Karena penyakit ini rawan ditemukan saat musim penghujan," jelasnya.

Pihaknya meminta kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk, memelihara ikan tempalo, menggunakan larvasida untuk membunuh jentik nyamuk dan mengaktifkan 3M, dan secepatnya mendatangi puskesmas atau rumah sakit jika sudah ada gejala DBD. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya