Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
TIKO, 23, menjadi perbincangan setelah berjuang sendiri merawat ibunya, Eny yang diduga mengalami depresi. Tiko 12 tahun merawat ibunya itu dengan serba keterbatasan. Rumah mereka di Kompleks PLN RT 6 RW 2, Cakung, Jakarta Timur itu tidak lagi dialiri listrik dan air bersih.
Tiko mengaku belasan tahun merawat ibunya sendirian setelah ayahnya pergi meninggalkan rumah tanpa alasan yang diketahui.
Baca juga: Pemkot Jaktim Pastikan Bantuan untuk Bu Eny, ODGJ yang Dirawat Anak Semata Wayang
"Sudah kurang lebih 12 tahunan sih, dari tahun 2010. Kan papa pergi sudah hampir 12 tahun," kata Tiko saat ditemui, Kamis (5/1).
Tiko menceritakan awalnya keluarganya terbilang berada dari sisi finansial. Ibu dan ayahnya merupakan rekanan dari salah satu departemen keuangan.
Namun, kondisi berubah sejak sang ayah meninggalkan rumah. Kondisi kejiwaan ibunya mulai memburuk. Ditambah setelah kepergian ayahnya tak ada lagi pemasukan untuk keluarganya.
"Mungkin (ibu sakit jiwa) karena kepergian papa dan kondisi yang begitu mendadak kolaps usahanya," ujar Tiko.
Melihat kondisi keluarga yang mengkhawatirkan, Tiko harus mengurus sendiri ibunya di dalam rumah tersebut. Ia mengaku memang ingin merawat sendiri dan tidak membawa ibunya itu ke rumah.
"Karena awalnya niatan ku dari awal ngerawat ibu aja. Kondisinya seperti itu pun rawat jalan aja tanpa di obatin di rumah sakit," ungkapnya.
Tiko merawat ibunya di sebuah kamar di dalam rumah dengan keterbatasan setelah kondisi ekonomi terpuruk. Tiko tegar di tengah kondisi rumah tanpa air dan gelap karena tidak dialiri listrik.
Tiko kemudian mengharapkan bantuan air dari tetangganya. Sedangkan untuk penerangan, Tiko menggunakan lilin.
"Jadi air ngambil dari sebelah kan ada Sanyo, ngambil se-ember se-ember gitu. Kalau untuk listrik gak ada, penenarangan pake lilin," ungkap dia.
Tiko mengungkap alasan tetap bertahan dan tidak menjual rumah tersebut untuk menjadi modal melanjutkan hidup yang lebih baik. Ia mengaku ibunya tidak ingin menjual rumah tersebut. Sebagai anak yang penurut, Tiko pun mengiyakan keputusan ibunya itu.
"Nggak sih karena aku tau mamah mau mempertahankan rumah jadi aku tetep mempertahankan rumah, untuk niatan jual sampai sekarang nggak ada sama sekali," kata Tiko.
Sementara itu, Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin mengungkap keluarga Tiko sebelumnya termasuk orang yang berada. Ia mengatakan barang yang dimiliki oleh Eny juga tergolong bermerk. Barang bermerk itu harus dijual untuk membiayai keperluan sehari-hari.
Setelah barang-barang milik Eny ludes terjual dan kondisi keuangan keluarga menipis, Tiko pun bekerja serabutan untuk bertahan hidup. Tiko diperdayakan warga sebagai petugas keamanan lingkungan. Selain itu, Tiko juga menjadi sopir ketika ada tetangganya butuh disopiri saat bepergian.
"Iko diberdayakan sama lingkungan kalau ada yang perlu bepergian bisa jadi sopir, sehingga ada penghasilan dia. itu dipakai untuk membiayai ibunya," katanya. (OL-6)
Pimpinan panti mengaku mendapat titipan 40 ODGJ dari Dinas Sosial Kabupaten Bandung
Polres Garut mendatangkan dokter kejiwaan untuk memeriksa pelaku pembunuhan dan mutilasi di Garut, Jawa Barat.
Dinsos berupaya melakukan langkah terutamanya memfasilitasi keluarga dengan memberikan bantuan supaya semua keluarga penyandang disabilitas ODGJ untuk meningkatkan ekonomi.
ORANG dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kota Depok, Jawa Barat menjalani vaksinasi covid-19. Sampai saat ini sudah ada 12 ODGJ yang divaksin.
Sebanyak 68 warga perempuan ODGJ telah diberikan pelayanan kependudukan sehingga nantinya dapat berpartisipasi dalam program vaksinasi nasional.
Pelaku tindakan asusila terhadap seorang anak di sebuah mal (pusat perbelanjaan) di kawasan Bintaro, merupakan pengidap gangguan jiwa alias ODGJ.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved