Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
POLISI menelusuri adanya unsur kesengajaan dalam mencetak tiket melebihi kapasitas saat festival musik Berdendang Bergoyang di Istora Senayan pada Jumat (28/10) dan Sabtu (29/10).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan menjelaskan berdasarkan pantauan di lapangan, jumlah penonton tidak sebanding dengan luas area Istora Senayan. Hal ini membuat terjadinya kericuhan dan harus dihentikan agar tidak menimbulkan korban jiwa.
Baca juga: Sebanyak Tiga Produsen Obat Sirop Diperiksa Bareskrim Polri
"Kita tidak ingin adanya korban jatuh karena dari yang ada di lapangan kita temukan bahwa jumlah penonton dengan kapasitas yang ada itu tidak berimbang. Kapasitas 10 ribu, tapi yang ada itu 21 ribu orang. ini tentunya melanggar," kata Zulpan ketika dihubungi, Senin (31/10).
Zulpan mengatakan pihaknya akan menelusuri siapa yang bertanggung jawab terkait penonton yang membludak tersebut dengan mencetak jumlah tiket melebihi kapasitas yang ada.
"Yang ada di lapangan adalah orang yang masuk itu 21 ribu dan memiliki tiket, ada gelang di tangan. Tentunya sesuatu yang masih didalami kepolisian kenapa sampai terjadi seperti itu, tentunya nanti ada pihak yang akan dipanggil kepolisian untuk dimintai pertanggungjawaban," katanya.
Sementara itu, Kapolres Jakarta Pusat Kombes Komarudin mengatakan pihaknya akan menelusuri soal jumlah penonton yang membludak pada festival musik tersebut. Jumlah penonton yang dilampirkan pada izin keramaian ternyata berbeda ketika pelaksanaan acara.
Komarudin mengatakan pihaknya akan menelusuri apakah panitia sengaja mencetak tiket lebih banyak dari jumlah penonton yang sebelumnya telah diajukan.
"Apakah ada unsur kesengajaan mereka mencetak tiket banyak-banyak di luar dari permohonan izin, itulah nanti kita liat indikasinya ke sana," kata Komarudin ketika dihubungi, Senin (31/10).
Komarudin mengatakan pihaknya akan memeriksa sejumlah saksi. Sejauh ini pihaknya telah memeriksa SA dan SH yang mengaku sebagai yang bertanggung jawab atas festival musik tersebut.
Komarudin mengatakan polisi tidak berhenti pada SA dan SH, tetapi juga akan memeriksa saksi lainnya, seperti divisi produksi, divisi ticketing, serta tim medis. Jika ada unsur kesengajaan dan memenuhi unsur pidana, maka pihaknya akan menaikkan kasus tersebut ke tahap penyidikan.
"Ini masih tahap penyidikan. Jadi kita akan periksa beberapa saksi-saksi lain lagi. Sekiranya nanti ditemukan ada indikasi pidana tentu kita akan naikkan ke tahap penyidikan," katanya.
Sebelumnya, Komarudin menjelaskan kronologi hingga terjadinya kericuhan di festival musik Berdendang Bergoyang tersebut. Ia mengatakan event organizer (EO) awalnya telah mengantongi izin keramaian selama tiga hari, yakni Jumat (28/10) hingga Minggu (30/10) di Istora Senayan, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat.
Komarudin menjelaskan pihaknya lalu menemukan pelanggaran oleh EO pada hari pertama. Ia mengatakan berdasarkan surat yang diajukan EO kepada Polres, terdapat 3 ribu penonton pada hari pertama. Kemudian polisi juga menerima surat yang diajukan EO kepada Dinas Parekraf DKI Jakarta dan Satgas Covid-19 dengan total penonton sebanyak 5 ribu.
Namun, kenyataan di lapangan jauh berbeda. Pada hari Jumat (28/10), jumlah penonton tembus di angka 20 ribu lebih. Kemudian, pengabaian aspek keselamatan dan kesehatan untuk pengunjung dengan hanya menyediakan satu tenda dan lima petugas. Selain itu, beberapa jalur evakuasi juga tertutup oleh panggung dan tenda.
Berkaca dari kejadian hari pertama, polisi memangil EO pada Sabtu (29/10) kemarin. Pihak EO diminta untuk mengurangi jumlah panggung yang awalnya lima menjadi tiga panggung. Kemudian, EO juga harus membatasi pengunjung dengan batas maksimal 10 ribu orang.
"Namun ini tidak diindahkan. semalam kami menemukan jumlah pengunjung yang masuk tercatat dari Pintu 1 dan pintu 2 itu 21.500 lebih, di luar dari panitia," katanya.
Padatnya pengunjung tersebut berujung terjadinya ricuh dan saling dorong-dorongan. Komarudin mengatakan pengunjung yang berada di luar akan masuk ke hall Istora. Namun, kondisi di dalam hall sudah penuh sesak.
"Di dalam sudah tidak memungkinkan untuk ditambah lagi tapi pengunjung yang di luar tetap ingin masuk ke dalam, inilah terjadi dorong-dorongan, ada yang pingsan, ada yang lecet-lecet," katanya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved