Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Dalam 10 Bulan, Ada 200 Kejadian Tanah Longsor di Kota Depok

Kisar Rajaguguk
11/10/2022 15:23
Dalam 10 Bulan, Ada 200 Kejadian Tanah Longsor di Kota Depok
Petugas memeriksa kondisi longsor yang menimpa tempat makan di Saung Tiga, Sawangan, Depok, Jawa Barat(MI/Andri Widiyanto)

SEBANYAK 200 kasus tanah longsor terjadi di Kota Depok, Jawa Barat dalm kurun waktu 10 bulan. Mayoritas tanah longsor terjadi karena intensitas curah hujan tinggi di lokasi sekitar sungai atau kali.

Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinas PUPR) Kota Depok Arga Dharma Tubagus mengatakan mayoritas tanah longsor terjadi karena intensitas curah hujan tinggi di lokasi sekitar sungai atau kali.

"Sepanjang tahun 2022, dari Januari hingga Oktober ini terdapat 200 kejadian tanah longsor yang tersebar di 63 Kelurahan dan 11 Kecamatan di Kota Depok," kata Arga di Kantor Dinas PUPR Kota Depok kepada Media Indonesia, Selasa (11/10).

Arga menuturkan wilayah yang paling banyak terjadi tanah longsor terdapat di Kecamatan Bojongsari, Sawangan, Cimanggis, Limo, Cinere dan Kecamatan Sukma Jaya. Selain itu, Arga juga mengatakan terdapat dua wilayah di Kota Depok yang berpotensi terjadi gerakan tanah. Rinciannya, terdapat di wilayah 8 Kelurahan yang tersebar di Kecamatan Sawangan dan wilayah Kecamatan Bojongsari yang perlu diwaspadai terhadap potensi gerakan tanah.

Arga menjelaskan hal ini berdasarkan informasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM. Untuk diketahui, setiap bulannya PVMBG merilis potensi gerakan tanah di Kota Depok dengan menganalisis data curah hujan yang dikeluarkan oleh BMKG.

Baca juga: Tiga KK Korban Tanah Longsor Di Cibeber Direlokasi

Arga menjelaskan gerakan tanah atau biasa disebut tanah longsor merupakan peristiwa perpindahan bahan pembentuk lereng (berupa tanah, batuan, bahan timbunan atau campuran diantaranya) yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.

"Tanah longsor bisa terjadi karena berbagai macam pemicu seperti curah hujan, gempa bumi, erosi hingga aktivitas manusia," ungkapnya.

Masyarakat dapat mengetahui ciri-ciri tanah longsor yang ada di sekitarnya. Seperti adanya lapisan tanah/batuan yang miring ke arah luar, adanya retakan tanah yang membentuk tapal kuda, adanya rembesan air pada lereng, adanya pohon dengan batang yang terlihat melengkung dan perubahan kemiringan lahan yang sebelumnya landai menjadi curam.

Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor, Dinas PUPR mengimbau agar masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan kali/sungai untuk tidak membangun rumah di atas/bawah/bibir tebing, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai, dan menghindari untuk pembuatan kolam atau sawah di atas lereng.

"Kami (Dinas PUUPR) mendorong dan menghimbau agar masyarakat tidak membangun rumah di atas/bawah/bibir tebing, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai. Ini untuk mengurangi risiko bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu," tuturnya.

Arga mengatakan bencana tanah longsor di Kota Depok tahun ini 50% lebih besar dari tahun 2021.

"Tahun lalu kejadian tanah longsor di Kota Depok hanya sekitar 100 lokasi, tahun ini intensitas hujan di Kota Depok sangat tinggi, itulah yang membuat tanah longsor tinggi," tukasnya.

Untuk memperbaiki 200 titik tanah longsor di tahun ini, tutur Arga Dinas PUPR menyiapkan APBD sebesar Rp20 miliar.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya