GURU memiliki peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab di tangan merekalah akan lahir para generasi penerus yang akan memimpin sebuah negara.
Tugas guru bukanlah sekadar memberikan pelajaran pada anak murid, melainkan mengajarkan budi pekerti dan pendidikan karakter pada mereka. Itu sebabnya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan kegiatan untuk mencegah paham radikalisme dan terorisme. Kegiatan tersebut dilakukan secara daring dan luring di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Rabu (24/8) lalu.
Baca juga: UIN SMH Banten Masukkan Pelajaran Pencegahan Radikalisme ...
Di tengah ribuan guru se-DKI Jakarta yang hadir, Kepala BNPT Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MA., mengajak mereka untuk membantu mencegah tumbuhkembangnya radikalisme dan terorisme di lingkungan sekolah. Caranya adalah melalui penguatan pemahaman ketahanan nasional, revitalisasi nilai-nilai Pancasila, serta moderasi beragama. Hal itu diperlukan untuk menghadapi tantangan ekspansi ideologi transnasional di tengah perkembangan teknologi.
“Kita harus mewaspadai akan adanya transnasional ideologi terutama intoleransi dan radikalisme yang bertentangan dengan jati diri bangsa,” tegas Boy Rafli.
Kegiatan yang bertajuk 'Merajut Kebhinekaan dalam Rangka Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa' mendapat respon positif dari sejumlah pihak, salah satunya Jaringan Mubalig Muda Indonesia (JAMMI). Koordinator nasional JAMMI, Irfaan Sanoesi mengapresiasi langkah preventif Kepala BNPT membentengi para guru sekolah di satuan pendidikan Provinsi DKI Jakarta.
“Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru oleh para peserta didik di sekolah. Sebab itu, kegiatan yang diselenggarakan BNPT merupakan upaya membentengi bagi para guru dari paham radikalisme dan terorisme di bagian hulu. Upaya yang sangat penting untuk dilakukan mengingat peran guru sangat vital dalam transmisi ilmu pengetahuan, wawasan, dan character building bagi para siswa,” jelasnya..
Di bagian hilir, dia menerangkan BNPT sukses menjalankan program deradikalisasi bagi mantan napiter, sehingga kembali berikrar setia kepada NKRI. “Kita tahu deradikalisasi BNPT sukses bagi mantan napiter. Paling fenomenal adalah ketika Ust. Abu Bakar Baasyir ikut menghadiri upacara 17 Agustus lalu. Selain itu, sebanyak 40 napiter berikrar setia kepada NKRI."
"Capaian tersebut patut kita syukuri karena pendekatan pentahelix BNPT berhasil mengedukasi para napiter sehingga dapat hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya,” ujarnya.
Berdasarkan penelitian PPIM UIN Jakarta, dia menjelaskan bahwa persentase guru terpapar radikal pada 2019 sebesar 50,87%. Temuan tersebut harus menjadi wake up call bagi para pihak terkait untuk membentengi para guru dari bahaya radikalisme dan terorisme.
Baca juga: Psikolog: Lindungi Anak dari Radikalisme Upaya Selamatkan Bangsa
“Takdir bangsa Indonesia sebagai negara majemuk harus disampaikan oleh guru kepada para murid sebagai sebuah keniscayaan. Kegiatan BNPT dapat menjadi menambah wawasan bagi para guru dan dinas pendidikan untuk menyusun kurikulum yang berbasis pada pendidikan multikulturalisme. Menghormati dan mengakui setiap perbedaan yang ada,” terangnya.
Irfaan berharap agar BNPT melanjutkan kegiatan tersebut tak berhenti hanya di Provinsi DKI Jakarta. Tapi juga bisa diteruskan ke setiap provinsi. “Kami sangat berharap kegiatan yang diselenggarakan BNPT bagi para guru sampai ke tingkat akar rumput. Kalau bisa hingga ke level kecamatan agar penguatan Pancasila sebagai konsensus bersama bisa membentengi para guru dari paham radikalisme. Tentu nantinya oleh para guru disampaikan ke para siswa,” ujarnya. (RO/A-1)