Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PEMERINTAH Provinsi DKI Jakarta terus berupaya untuk menanggulangi covid-19 dengan berbagai cara. Terlebih saat ini pemerintah pusat meminta agar daerah-daerah dengan laju penambahan kasus tertinggi seperti DKI Jakarta menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengungkapkan salah satu intervensi pemerintah yang dilakukan adalah memperkuat peran Satgas Penanganan covid-19 di tingkat RT dan RW. Penguatan di tingkat mikro ini sangat penting untuk menekan bertambahnya klaster keluarga.
Baca juga: Tidak Lagi Zona Merah, Pemkot Jakut Tetap Ketat Awasi Prokes
Sebab, di Jakarta, klaster terbesar penularan covid-19 adalah dari klaster keluarga. Pengawasan ini juga dibantu oleh program dari Polda Metro Jaya yakni Kampung Tangguh. Kolaborasi bersama anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) ini penting sebagai penguatan intervensi.
"Pengawasan Satgas Covid tingkat RW RT penting. Lalu dari Kapolda ada Kampung Tangguh. Jadi ada sinergi antara Pemprov DKI bersama Forkopimda untuk Penguatan, karena klaster keluarganya cukup meningkat. Dimulai dari keluarga harus mengerti betul bagaimana nanti kalau ada yang positif," kata Widyastuti di Balai Kota, Jumat (15/1).
Pemprov DKI Jakarta, kata Widyastuti, tidak hanya memikirkan intervensi dari hulu yakni di tataran makro tetapi juga melakukan intervensi di tataran hilis. Satgas Covid-19 di tingkat RT dan RW menjadi ujung tombak bagi penanganan covid-19 bersama dengan 3T atau testing, tracing, dan treatment.
"Melalui mereka kampanye 3M kita terus laksanakan. Kita tidak mungkin hanya melakukan 3T," ungkapnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved