Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
KOMUNITAS Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) mencatat 70% sampah yang menumpuk di Bendung Koja Bekasi adalah sampah bambu. Sampah-sampah tersebut kerap membuat aliran air terhambat.
Ketua KP2C Puarman mengatakan, penumpukan di Bendung Koja mulanya disebabkan oleh debit Sungai Cikeas yang meningkat hingga 350 sentimeter (cm) pada Kamis (27/12). Debit air tersebut membawa material kayu, bambu dan sampah lainnya dan menyumbat di Bendung Koja.
“Kejadian seperti ini terus berulang dan setahun terakhir sudah 13 kali terjadi,” ungkap Puarman, Minggu (29/12).
Puarman menjelaskan, saat itu intensitas hujan memang sedang tingg, sehingga, debit air cenderung meningkat. Padahal, normalnya tinggi muka air hanya sekitar 80 sentimeter.
Baca juga: Pemkot Bekasi belum Punya Agenda Kegiatan Malam Pergantian Tahun
Saat ini, kata dia, bila dirinci komposisi material sampah yang menumpuk di Bendung Koja 70% di antaranya adalah sampah bambu, 20% lainnya sampah kayu dan sisanya adalah sampah rumah tangga.
“Selama ini ujung tombak pembersihannya selalu Tim Katak Orange DLH Kota Bekasi,” kata dia.
Tumpukan sampah yang terjadi pada hari libur, lanjut dia, langsung mendapat respon dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sehingga banyak mencuri perhatian pihak lain.
“Tadi ada Ombudsman meninjau juga di salah satu kali, ada Dandim 0507, dan Wakil Wali Kota juga datang siangnya, dan saat ini sedang dalam proses pembersihan oleh tim katak,” tandas dia. (A-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved