Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KETUA Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai kebijakan perluasan sistem ganjil genap yang baru saja dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI jakarta tidak akan efektif menekan kemacetan dan polusi di Jakarta.
Ia menilai Pemprov DKI melakukan kebijakan perluasan sistem ganjil-genap secara setengah hati, di tengah tingginya tingkat kemacetan dan polusi udara Ibu Kota.
"Penerapannya hanya setengah hati, Pengecualian sepeda motor yang tidak terkena ganjil genap akan mendorong masyarakat pengguna roda empat bermigrasi atau berpindah ke sepeda motor," kata Tulus dalam pesan singkat, Kamis (15/8).
Menurutnya, jika kemudian migrasi para pengguna roda empat menjadi menggunakan sepeda motor terjadi akan mengakibatkan polusi Jakarta kian pekat.
"Menurut data KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbel), sepeda motor berkontribusi paling signifikan terhadap polusi udara yakni dari 19.165 ton polutan/hari di Jakarta sebesar 44,53% bersumber dari sepeda motor, mobil sebesar 16,11%, bus sebesar 21,43%, truk sebesar 17,7%, dan bajaj sebesar 0,23%. Peralihan pengguna (kendaraan roda empat) ke sepeda motor akan mengakibatkan polusi di Jakarta kian pekat," jelasnya.
Baca juga: Kamis Pagi, Kualitas Udara Jakarta tidak Sehat
Selain itu, Tulus juga menyebutkan wacana pengecualian taksi daring dalam sistem ganjil-genap akan mengakibatkan pengguna kendadaan roda empat berpindah ke taksi daring.
"Wacana pengecualian taksi online juga merupakan langkah mundur, bahkan merupakan bentuk inkonsistensi. Pengecualian ini akan memicu masyarakat berpindah ke taksi online dan upaya mendorong masyarakat berpindah ke angkutan masal seperti Trans-Jakarta, MRT, dan Commuter Line, akan gagal," sebutnya.
Ia juga mengatakan, pemerintah harus mulai mendorong pengguna kendaraan pribadi untuk mulai menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang ramah lingkungan.
"Sudah sangat pantas jika Jakarta melarang penggunaan BBM jenis bensin premium bahkan pertalite. Dan mewajibkan kendaraan bermotor untuk menggunakan BBM standar Euro 4, Sebab hanya dengan BBM standar Euro 4, kualitas udara di Jakarta bisa diselamatkan," pungkasnya. (OL-2)
Polusi udara yang semakin memburuk di Jakarta, menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus radang tenggorokan di masyarakat.
Partikel PM2.5 dan PM10 yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), mengi, asma sampai kematian berlebih termasuk sakit jantung.
Polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan kedua sebagai kota paling berpolusi di Indonesia, setelah Tangerang Selatan, Banten dengan poin 191.
Kualitas udara Jakarta bukan hanya soal isu lingkungan, tapi juga soal kesehatan publik dan stabilitas ekonomi di wilayah urban.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved