Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
SUDAH empat hari kebijakan ganjil-genap di 25 ruas jalan Ibu Kota diterapkan, tetapi kualitas udara Jakarta masih tetap terburuk di dunia.
Situs resmi www.airvisual.com mencatat indeks kualitas udara di Jakarta mencapai 175 dengan parameter berupa partikel polutan sangat kecil berdiameter 2,5 mikrometer (PM 2.5) pada Minggu (11/8) pukul 08.20 WIB.
Airvisual menuliskan konsentrasi PM 2.5 udara Jakarta mencapai 106,3 mikrogram per meter kubik. Angka tersebut jauh di atas jumlah standar konsentrasi udara yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) 25 mikrogram per meter kubik dalam jangka waktu 24 jam.
Kota Kolkata di India menemani Jakarta di urutan kedua dengan indeks kualitas udara pada angka 155. Sementara itu, Dubai, United Arab Emi-rates, mengunci di posisi ketiga dengan indeks kualitas udara 154.
Pejaten Barat, Jakarta Selatan, menjadi wilayah yang kualitas udaranya terburuk di Jakarta dengan indeks 182. Disusul peringkat kedua kawasan Pegadungan, Jakarta Barat, pada angka 180.
Indeks kualitas udara rerata wilayah demikian bisa meningkatkan gangguan pada jantung dan paru-paru. Airvisual menyebutkan kualitas udara buruk saat ini mempunyai risiko tinggi terganggu bagi kesehatan kelompok sensitif.
Airvisual merekomendasikan kelompok sensitif mengurangi kegiatan luar ruangan. Sementara itu, masyarakat yang berkegiatan di luar rumah juga dianjurkan mengenakan masker polusi.
Sumber polutan
Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu yang dihubungi terpisah menganjurkan Pemprov DKI segera mengkaji sumber polutan, menginventarisasi emisi, dan mencatat jumlah serta sumber-sumber pencemar udara yang ada dalam suatu wilayah.
Menurut Bondan, Pemprov DKI belum memberlakukan hal tersebut sehingga pendataan jumlah pencemaran udara di Jakarta tidak menye-luruh.
“Sampai saat ini belum inventarisasi emisi. Saya baru tahu data yang dikeluarkan Pemprov DKI bahwa 70% polusi udara berasal dari transportasi, 8% industri, 8% kebakaran domestik, dan 9% pembangkit listrik,” urainya.
Setahu Bondan, angka itu hanya dari parameter black carbon (BC), tetapi masih banyak lagi macam polusi udara. Selain BC, ada karbon dioksida (CO2) dan belerang dioksida (SO2). “Saat inventa-risasi emisi dilakukan akan ketahuan benar parameter apa di udara dan dari mana sumbernya,” tandasnya.
Langkah yang perlu ditindaklanjuti secepat mungkin, tambah Bondan, Pemprov DKI menginventarisasi emisi dengan menentukan wilayah geografis, kemudian menyusun inventarisasi emisi sumber tidak bergerak berupa titik dan area. Selanjutnya, menyusun inventarisasi emisi sumber bergerak on-road.
Setelah itu, pemda menyusun inventarisasi emisi sumber bergerak non-road, meliputi sumber transportasi perairan, kereta api, dan udara. “Terakhir prosedur quality assurance atau quality control,” sebutnya.
Bondan mengingatkan langkah-langkah di atas segera mungkin dilakukan Pemprov DKI agar penanganan pencemaran udara tidak sehat Ibu Kota tepat sasaran. (J-1)
Polusi udara yang semakin memburuk di Jakarta, menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus radang tenggorokan di masyarakat.
Partikel PM2.5 dan PM10 yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), mengi, asma sampai kematian berlebih termasuk sakit jantung.
Polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan kedua sebagai kota paling berpolusi di Indonesia, setelah Tangerang Selatan, Banten dengan poin 191.
Kualitas udara Jakarta bukan hanya soal isu lingkungan, tapi juga soal kesehatan publik dan stabilitas ekonomi di wilayah urban.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved