Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
KENDATI jumlahnya hanya 1% dari 100 orang, kanker payudara juga menjadi ancaman yang perlu mendapat perhatian untuk kaum pria. Jadi bukan hanya kaum wanita saja yang perlu mewaspadai kanker payudara, kaum lelaki pun perlu mewaspadai kendati jumlahnya relatif kecil.
“Kanker payudara pada laki-laki itu ada 1%. Katakanlah kalau 1% itu dari 100 orang, berarti ada satu orang. Memang tidak sebanyak pada wanita,” ungkap Kepala Program Studi Sub Spesialis Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad), dr. Monty Priosodewo Soemitro pada Seminar dan Workshop USG Kelainan Payudara di Klinik Perisai Husada Kota Bandung, Minggu (15/6).
Menurut Monty bahwa faktor genetik menjadi penyebab utama pria dapat mengidap kanker payudara, kalau pola hidup biasanya karena obesitas. Jadi, genetik plus obesitas itu menambah risiko lebih besar bagi kaum pria. “Deteksi dini menjadi kunci dalam penanganan kanker payudara pada pria, sama halnya dengan wanita,” lanjutnya.
Pria yang mengalami obesitas lanjut Monty, disarankan untuk waspada terhadap adanya benjolan di bagian dada. Tetap melakukan pemeriksaan apakah ada kelainan benjolan yang tidak wajar pada payudaranya laki-laki.Umumnya pada laki-laki yang obesitas, yang gemuk, kadang-kadang terlihat seperti bukan otot, tapi lemak yang ada di dadanya. “Nah itu harus sering diraba, kalau ada benjolan yang tidak wajar memang wajib untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan salah satunya dengan USG,” jelasnya.
Kebanyakan lanjut Monty, kasus kanker payudara pada pria sering kali terlambat terdeteksi, yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran pria untuk melakukan deteksi dini. “Ada salah satu penyanyi Indonesia, saya tidak sebut namanya, juga kena kanker payudara hingga meninggal,” tuturnya.
BERPOTENSI SEMBUH
Monty menekankan bahwa kanker payudara pada pria berpotensi untuk sembuh jika terdeteksi lebih dini, mengingat tidak adanya gejala yang muncul pada stadium awal. “Tidak ada gejalanya, jadi kalau nunggu ada gejala berarti sudah stadium 3 atau lebih,” ucapnya.
Monty juga mengimbau masyarakat, baik pria maupun wanita, untuk tidak ragu melakukan pemeriksaan payudara di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang kini sudah dilengkapi dengan fasilitas USG.
“Harus rajin deteksi dini pakai USG yang ada di Puskesmas minimal satu tahun sekali karena pengobatan kanker makin dini makin murah. Kalau makin dini itu kira-kira sudah dihitung sekitar Rp40 juta, itu bisa ditanggung sama BPJS. Tapi kalau terlambat, habisnya Rp400 juta dan tidak ditanggung semua sama BPJS,” terangnya.
Ketua Panitia dan Koordinator Kesekretariatan Program Studi Sub Spesialis Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unpad, dr Dodi Lintong Hartoni Lumban Gaol menambahkan, dalam workshop ini pihaknya sengaja mengajak dokter-dokter umum yang bertugas di puskesmas-puskesmas. “Kami berharap dokter-dokter umum ini nantinya punya kemampuan lebih untuk melakukan skrining awal,” ujarnya.
Dodi menambahkan, sampai hari ini kejadian kanker payudara baru diketahui setelah mencapai stadium tiga, semoga dengan adanya workshop ini semakin dini bisa diketahui adanya pasien penderita kanker payudara dan ini semua tergantung pada dokter-dokter yang ada di puskesmas tentunya. Untuk itulah perlunya workshop yang diselenggarakan hari ini. (E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved