Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
GANGGUAN penglihatan masih menjadi beban kesehatan masyarakat secara global maupun nasional. Penyebab kebutuaan pada anak sangat bervariasi mulai dari gangguan refleksi hingga amblyopia.
"Selain gangguan refleksi dan amblyopia, penyakit yang mengganggu fungsi penglihatan antara lain katarak dan glukoma diperkirakan 5-20 persen, kebutuaan pada anak disebutkan oleh katarak, dan sekitar 20.000-40.000 anak lahir dengan katarak kongenital," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono dalam konferensi pers secara daring, Senin (7/10).
Sedangkan pada glukoma pada anak merupakan kondisi pediatrik yang jarang berjadi dan berhubungan dengan gangguan yang signifikan.
Baca juga : Anak Berisiko Alami Mata Kering Jika Terlalu Lama Menatap Layar
Amblyopiadan gangguan refraksi sering ditemukan bergaitan dengan dampak perusahaan tambahan yang ditimbulkan pada glukoma pada anak. Glukoma kongenital primer umumnya terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan insiden diperkirakan 1-10.000 kelahiran.
"Lebih lanjut, pemberian kacamata pada anak yang membutuhkan dapat mengurangi kegagalan belajar hingga 44 persen," ucapnya.
Berdasarkan data dari World Report of Vision 2019, saat ini di seluruh dunia terdapat 2,2 miliar orang yang mengalami gangguan penglihatan. 1 miliar di antaranya dapat dinyari, dapat dijergah, maupun dapat diobati.
Baca juga : Anak Indonesia masih Hadapi Masalah Gizi
Sekitar 65 juta anak di dunia menderita mata minus dan diprediksi meningkat menjadi 275 juta di tahun 2050. Prevalensi gangguan penglihatan pada anak-anak sebesar 6,3 per 1.000 penduduk. Untuk kebutuhan anak-anak merupakan salah satu prioritas program penampulangan gangguan penglihatan karena penyebabnya dapat dihindari.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi disabilitas penglihatan pada penduduk umur di atas 1 tahun sebesar 0,4 persen dan proporsi penggunaan alat bantu lihat pada penduduk umur di atas 1 tahun di Indonesia sebesar 11,2 persen.
"Prevalensi gangguan penglihatan pada anak sekolah usia 5-19 tahun di Indonesia diperkirakan mencapai 10 persen. Jika gangguan refleksi tidak ditangani, maka kondisinya dapat memperburuk bahkan menyebabkan kebutuhan," ungkapnya.
Gangguan penglihatan dapat terjadi pada semua kelompok umur karena luasnya penyebab dan faktor risiko terjadinya gangguan.
"Apabila tidak dilakukan kemampuan pencegahan dan pengendalian secara serius dan intensif, maka dampak dan gangguan penglihatan berpengaruh terhadap kualitas hidup dan kesehatan masyarakat hingga nantinya akan menimbulkan beban ekonomi dan kerugian negara," pungkasnya. (H-2)
Sekitar 10 persen dari 66 juta anak usia sekolah mengalami gangguan mata akibat kelainan refraksi, sehingga membutuhkan kacamata lensa minus.
Berbicara kepada anak-anak tentang penyakit serius, seperti kanker bisa menjadi tantangan besar bagi orang tua.
Momen lebaran bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga kesempatan bagi anak-anak untuk belajar mengelola uang.
Artis, model, dan pembawa acara Dian Ayu Lestari membagikan tips liburan bersama anak-anak, termasuk memilih tempat yang cocok dan mempersiapkan peralatan penting.
Si kecil cenderung lebih mudah pilek dan batuk di musim hujan. Pengaruh cuaca pada perkembangan kuman menjadi salah satu penyebabnya.
Agar anak tidak stunting, upaya pencegahan perlu dilakukan sejak jauh hari, bahkan sebelum masa kehamilan.
Sebagian orang tua melarang anak bermain hujan. Padahal, bermain di tengah hujan memberi sejumlah manfaat buat anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved