Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ketahui Ablasio Retina, Retina Robek yang Dapat Sebabkan Kebutaan

Devi Harahap
27/5/2024 15:21
Ketahui Ablasio Retina, Retina Robek yang Dapat Sebabkan Kebutaan
Ilustrasi(123rf.com)

PENYANYI Dewi Yull, 63, mengaku hampir mengalami kebutaan. Pasalnya, retina matanya robek atau ablasio retina akibat minus pada mata kanannya cukup tinggi. Ia pun menjalani operasi.  "Mata saya emang minusnya tinggi, retinanya lepas," kata Dewi Yull pada media beberapa waktu lalu. 

Retina adalah lapisan sangat tipis di bagian belakang bola mata yang sensitif terhadap cahaya. Sel dalam retina, yakni sel batang (basilus) dan sel kerucut (konus), berfungsi memicu impuls saraf melalui saraf optik ke otak untuk membentuk penglihatan.

Fungsi retina membuat kita mampu melihat. Oleh karena itu, ketika retina rusak atau terkena penyakit, kita tak dapat melihat dengan maksimal.

Baca juga : 1,6 Juta Orang Terancam Buta Katarak, Anak Muda Harus Waspada

Dokter Spesialis Mata dan Konsultan Vitreo Retina KSM Mata FKUI RSCM, Dr. dr. Ari Djatikusumo, Sp.M(K) mengatakan gangguan ablasio retina dapat terjadi oleh beberapa penyebab salah satunya adalah karena faktor degeneratif yang menurunkan produktivitas mata secara alami hingga pada orang-orang yang mempunyai mata minus.

“Rata-rata yang mengalami ablasio retina ini adalah usia di atas 40 hingga 50 tahun, faktor usia ini menjadi yang tertinggi disamping ada faktor lain seperti, berkacamata minus sedang sekitar minum 4-5 dan minum tinggi 6-20. Namun bukan berarti semua orang dengan mata minus akan mengalami kejadian ini, tetapi prevalensinya sering ditemukan oleh mereka yang berkacamata minus tinggi daripada mereka yang tidak berkacamata minus,” jelasnya dalam diskusi daring bertajuk “Syaraf Mata Putus, Apakah itu? beberapa waktu lalu.

Penyebab lain yang mengakibatkan seseorang terkena gangguan ablasio retina adalah karena penyakit kompilikasi seperti diabetes hingga adanya aktivitas keras hingga terjadi benturan dan trauma berat.

Baca juga : Bunda, Begini Cara Atasi Kelainan Kelopak Mata pada Anak

“Bagi seseorang yang pernah mengalami benturan atau pukulan benda-benda keras, penyebab lain yang seringkali menyebabkan secara tidak langsung membuat ablasio retina adalah penderita diabetes melitus. Mereka yang pernah ada riwayat operasi mata katarak juga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya gangguan ini,” jelasnya.

Ari mengatakan, gejala yang bisa muncul dari ablasio retina, antara lain, munculnya bercak hitam yang melayang (floaters), sinar seperti kilatan, serta gangguan lapang pandang. Biasanya, gangguan lapang pandang terjadi mulai dari bagian tepi kemudian meluas hingga menutupi seluruh lapang pandang.

“Seseorang yang terkena ablasio retina biasanya mengalami gejala awal misalnya tiba-tiba mendadak melihat floaters atau merasa benda di sekitarnya melayang-melayang dan terbang-terbang padahal di dalam ruangan. Jika gejala awal seperti muncul bercak hitam dan kilatan sudah terjadi jangan tunggu terlalu lama. Segera datang ke dokter mata untuk diperiksa apakah itu merupakan ablasio retina. Jika tidak segera ditangani, risiko kebutaan bisa terjadi,” ujarnya.

Baca juga : Penglihatan Pasien Glaukoma Seperti Melihat dari Celah Pintu

Operasi

Pencegahan ablasio retina merupakan kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan cepat, jika tidak dilakukan tindakan operasi maka berpotensi menyebabkan kebutaan.

“Pencegahannya bagi orang-orang yang mata minus adalah usahakan jangan sampai mata terbentur atau terpukul, pilih olahraga dengan resiko yang minimal. Secara umum memang tidak ada yang betul-betul bisa mencegah ablasio retina namun memeriksakan diri sedini mungkin melalui pemeriksaan retina menjadi penting agar penanganan bisa segera dilakukan sebelum kondisi menjadi parah. Khusus bagi usia 40 tahun ke atas disarankan screening setahun sekali,” jelasnya.

Ari menyampaikan bahwa deteksi yang terlambat menyebabkan sebagian besar pasien ablasio retina ditemukan dalam kondisi yang sudah parah. Ada 80-90% pasien ablasio retina memerlukan tindakan operasi.

“Terkait robekan retina memang penanganannya hanya satu yaitu operasi, tidak bisa dengan obat-obatan. Memang operasi retina ini bukan sesuatu yang emergency seperti serangan jantung tapi jika ditunda terlalu lama akan menimbulkan kondisi yang lebih parah. Jika retina sudah lepas, akan sulit mengembalikan ke bentuk dan tempat aslinya. Jadi jangan menunda pemeriksaan jika ditemukan gejala, langsung periksa segera mungkin,” tuturnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya